Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sedingin Malam Ini Rinduku

4 Desember 2021   21:59 Diperbarui: 4 Desember 2021   22:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.prialsayyidja Sayyid jumianto

Sedingin malam ini rinduku

Sayyid

Sudut jogja jadi saksi bisu setelah hujan seharian, tulang-tulang terasa linu, maklum buruh harian lepas. Bila tidak kerja upah melayang seperti asap rokok dan menyampah bagai bekas kopi di gelasmu.

"Mas romantismu kok hilang"keluhmu padaku

"Sepertinya belum.."jawabku lugas

"Apa harus terus begini?"pertanyaan yang tidak bisa aku jawab spontan karena berartinya dirimu padaku.

Sebenarnya aku sudah muak untuk bertemu hanya lewat Hpmu, apa lagi lewat medsos rasanya privacy ini sudah hilang sejak aku bertemu denganmu saat itu.

"Omong kosong apa?"tanyamu padaku

"Ini real, nyata sayang"jawabku seketika itu.

"Alasan Hp ketinggalan di kamar"cecar mu seperti intel saja.

"Sekarang tanpa Hp dunia bisa runtuh"itulah jawaban mengapa aku akhirnya beli juga kotak tanpa privacy itu di kantong celanaku.

Seakan hujan di awal Desember ini sebuah pertanda bahwa akhir tahun ini ujian-ujianNya semakin juga bertambah.

"Gunung semeru meletus mas" kata temanku dari Malang, teman kuliah dulu  yang selalu malang karena rumahnya Malang.

"Tetap tabah mas Malang"jawabku singkat

"Terimakasih doanya mas" jawabnya sendu dengan icon sedih di tulisnya.

"Masih nongkrong kah?" Tanya mu lagi, belum juga aku minum segelas kopi ini sudah seperti aku kamu suruh pulang malam ini.

"Jogja rawan klitih mas, pulang jangan sampai larut malam"pintamu padaku

"Oke bos..ini baru nongkrong di warung kopi " jawabku singkat.

....

Cafe ceret tiga

Angkringan

Saksi bisu aku dan kamu

Indahnya jogja

Walau tidak seperti dulu lagi

Secangkir rindu

Semalam dinginnnya..

......

Kamu tahu aku nongkrong di angkringan mas No depan kampus seakan mengenang selalu bersamamu kala itu, romantis, di rintik hujan bulan desember yang tidak pernah aku lupa sampai saat ini.

Anggap saja roman picisan atau roman siti nurbaya aku hanya rindu bila Hp ini tidak ada notifikasi WA darimu.

Aku rasanya ingin bebas dari mata medsos yang selalu buatku tidak bisa menghindar darimu.

"Kemarin boncengin siapa?"

"Tadi pagi bonceng dengan siapa?"

"Mengapa kamu lirik sekertaris bapak yang cantik itu?"

Rasanya Hp ini ingin aku banting walaupun begitu aku bisa tahan diri.

Cemburumu sangat kelewatan tetapi aku tetap sayang padamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun