Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mitos Orang Meninggal di Hari Sabtu, Sebuah Analisis

24 November 2021   10:19 Diperbarui: 24 November 2021   10:28 22520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mitos orang meninggal di hari Sabtu, sebuah analisa 

Sayyid jumianto

"Piye, bagaimana itu si Fulan meninggal hari sabtu, pantas minggu ini ada yang menyusul (meninggal)"

Itu sebagian kepercayaan masyarakat jawa bila yang meninggal tepat hari sabtu dan itu seorang gadis atau perjaka pasti ada dampak ikutan lainnya (Lmeninggal)

Tanda-tanda bila kiri kanan kita ada orang yang mau meninggal malamnya bersahutan burung malam Manuk bence kata orang jawa di sekitarku (yang sudah tua-tua masih  sebagian percaya esoknya ada orang meninggal dunia.)

Kepercayaan dan ini berhubungan dengan ilmu titen bukan sebuah takhayul atau mengada-ada karena sebenarnya ini juga bukan  tentang agama atau kepercayaan tertentu yang tidak ada hubungannya sama sekali.

Sekali lagi ternyata ini juga sebuah itung -i tungan (perhitungan yang cermat) apalagi di masyarakat Jawa punya penanggalan tersendiri di samping penanggalan masehi, china dan arab.

Jasa raja Sultan Agung Hanyokrokusumo yang bisa" menyatukan" penanggalan arab, masehi dan jawa yakni menyatukan penanggalan Komariah dan kabisat itulah mengapa setiap pergantian penanggalan jawa banyak yang disakralkan pada bulan-bulan tertentu seperti suro. Juga petung hari naas seseorang waktu lahir atau meninggalnya itulah sebensrnya yang ada saat itu dan sekarang.

Petung atau matematika orang jawa sudah bisa menghitung hari calon jabang bayi, netu dan nasib serta kejadian setelah seseorang lahir, hidup dan matinya sangat memet dan penuh perhitungan. 

Setiap orang yang meninggal hari sabtu pasti minggu atau seninnya ada yang menyusul, itu bukan kepercayaan sesat dan sesaat tetapi itu perhitungan yang wajar saja karena hari berikutnya pasti ada yang meninggal.

Menyusul meninggal itulah sebuah kebiasaan turun temurun yang bisa di cari otak atik gatuknya.

Sebagian orang percaya "seseorang yang meninggal hari sabtu  akan diikuti orang lainnya"sebenarnya tentang hari seseorang umpama kita sebut salah satu hari selain sabtu maka hari berikutnya dari salah satu hari itu pasti ada yang menyusul meninggal.

Sebuah kepercayaan adat semasa masih dipercaya kita tidak bisa menyuruh untuk menghapusnya dari kepercayaan turun temurun disekitar kita.

Sebab adat, ilmu titen dan petung di ranah suku jawa khususnya di Jateng, jogja dan jawa timur masih dipegang teguh komitmen dari sebab akibat kepercayaan itu didengarkan untuk sebagai peringatan bagi kita untuk hidup lebih baik (sebelum meninggal).

Misal kalau kita masih percaya bila orang meninggal hari sabtu akan nggowo (mengajak orang lain ) untuk meninggal monggo karena hak panjenengan, kalau tidak percaya juga monggo itu juga hak anda jiuga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun