Sayyid jumianto
Seruni tidak yakin dengan pilihan hatinya semua yang mendekatinya punya niat dan maksud yang berbeda.
"Aku hanya bisa tentukan bila ketulusan yang mereka pamerkan bukan harta benda"katanya kepada ibu dan saudaranya
Semua orang memandang sebuah idealisme yang keblinger walau itu sudah sebuah prinsip dari hidupnya saat ini.
Semua orang tahu masa lalu yang menyakitkan hatinya, masa yang telah kelak membuat hatinya seakan tertutup oleh keadaan yang dihadapinya saat ini
Makam itu jadi saksi hidupnya merasa hilang separuh cinta serta harapannya tinggal kenangan yang tidak bisa dilupakan saat ini.
Semua sebab itu karena dirinya yang membuat korban berjatuhan selalu menyalahkan dirinya yang menjadi sebab semua ini.
"Aku tidak menyangka"tatapan sedih itu selalu terbayang di benaknya
Ketika pertarungan berdarah itu tidak hasilkan apa-apa yang ada kesedihan semua orang dan semua orang menyalahkannya karena peristiwa itu semua tidak menghendakinya.
"Wes, sudah takdirmu nduk"kata bapak ibunya kala itu.
....
Sumpah sang Batarakalla
Aku tetap akan memangsa
Siapa saja yang aku mau
......
Kata orang dirinya bahu laweyan orang yang cinta dan mengharap cintanya akan mati mendadak atau peristiwa lainnya
Semua orang minta dia diruwat karena sengkolo dari raksasa Batarakala dan semua orang tahu ternyata permintaannya adalah darah para pemuda itulah yang buatnya sedih berkepanjangan sampai saat ini.
Waktu telah berkata lain medsos dan kemajuan teknologi tetap sarankan dia untuk ruwat karena sebagai anak tunggal ontang anting dan lahir di kala Suro keyakinan itu tetap ada sungguh sang batara kala akan tetap menghalanginya untuk jodoh walau kekayaan, jabatab, usahanya lancar, jodoh belum datang juga kepada sang bayu hanya tempat mengadu saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H