Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semangka Yu Min Besar-besar

15 November 2021   11:07 Diperbarui: 15 November 2021   11:42 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pri.alsayyidja 

Semangka Yu Min besar-besar

Sayyid jumianto

Banyak orang yang tertarik pada janda muda yang cantik dan sedikit sexy itu, tua, muda, duda, lajang bahkan yang sudah punya istri dua saja masih kesengsem.

Mboh, aku tidak mau  semua ini tetapi magnetnya seakan banyak menyetrum besi-besi tua yang mudah tergoda asmara sesaat.

Maka maklum saja sepeninggal suaminya nampak rezekinya mengalir seperti dapat durian runtuh saja.

Suaminya dulu tidak jelas pekerjaannya, buruh tani, seperti kebanyakan orang di desaku dan bila musim kemarau lalu mboro cari kerja di kota nukang.

Aku jadi malu sendiri melihat kegigihan orang-orang di desaku ini karena dianggapnya kami mampu bapak dulu guru alhamdulillah anaknya semua jadi guru.

Kadang mereka lupa betapa kecilnya gaji guru honorer di sekolah swasta tetapi semua irang selalu menyapaku mas guru.

Pagi ini aku baru menyapu halaman dan ada mba cengklik lewat.

"Yu min punya susuk po yo?"ksta mba cengklik padaku

"Ada apa mba?" Tanyaku balik

"Sepeninggal suaminya warung nasi ramesnya larise pool, njur soko ngendi modale mas guru?"takone marang aku

"Nabung paling mba"

"Wah mas guru ora update"njur plas pergi

Aku hanya geleng-geleng tidak tahu lok begitu laris, padahal suaminya dulu meninggalkannya tidak mewariskan uang banyak kepadanya lalu ah mbuh

Waktu seperti cepat berlalu yu Min kabeh wong ora ngerti rondo ya janda anak tiga itu memang masih cantik benar adanya, gapyak, sumanak dan friendly, lugas serta humoris.

"Kok njur ngalamun mas?", kaget aku mendengar istriku sudah dibelaksngku.

"Tidak dik",jawabku sedikit bohong.

Bagaimana orang tidak cingak, kaget dengan perubahan nyata di warung yang tepat di muka rumahnya dan semua orang berdecak kagum karena warung nasi ramesnya juga menjual buah-buahan dan yang laku keras adalah melon.timun serta semangka yang laris manis karena tanpa biji!

"Mas pengen semangka yu Min?",pertanyaan yang sulit aku jawab

"Kenapa dik?"tanyaku

"Semangka yu Min segar dan besar-besar lho mas"jawabnya sekali lagi

"Boleh, beli saja dik"jawab ku padanya

"Bener omongan yu Cengklik..."jawabnya padaku.

"Tidak tahu dik" jawabku

"Semua pemuda dan bapak-bapak pada suka pada yu Min"imbuhnya lagi

"Aku tidak pernah ke sana lho dik" jawabku singkat.

"Belum pasti, karena kopi susunya joss kata sementara orang.."ledek dia padaku

"Enakan kopi ..susumu dik"jawabku buat suasana pagi ini. Aku lihat senyumnya tipis dan ditahannya karena tidak mau dilepaskan di depan aku.

Yu Min memang beruntung ketika pandemi corona itu merenggut nyawa suaminya ketegarannya muncul dan dilalahnya kebenaran dapat bantuan dari desa dan pemerintah itu yang sebagian orang tidak tahu.

Hidup bukan kebetulan juga tetapi harus diperjuangkan untuk kelebih baik adanya.

..........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun