Kecantikan Roro mendut antara cinta dan kekuasaan.
Sayyid jumianto
Pranacitra adalah cinta sejati Rara mendut, walau iming-iming kekuasaan, harta dan cinta Tumenggung  wiroguna panglima Mataram itu tidak di gubrisnya, akhirmya bukan  cinta Rara Mendut dan Pranacitra berakhir diujung keris penguasa. (Trilogi novel Romo Mangun)
Waktu membuktikan sekarang syah saja bila kekuasaa itu berlandaskam pada tiga Ta yakni Harta, Tahta dan Wanita.
 Sungguh terpampang didepan mata kita. Banyak yang gila kekuasaan yang ujungnya adalah harta dan benda duniawi sehingga terjerembab dalam nista korupsi atas nama jabatan dan maling dari amanah yang di berikan tidak bisa menjaganya.
Waktu sekali lagi membuktikan ketika sang maha kuasa menguji dengan pandemi covid 19 yang hampir dua tahun ini memghatam seluruh dunia seakan tetap saja peringatanNya ini seakan "tidak digubris"
Bahkan pandemi seakan sebuah durian runtuh untuk mengeruk untung pribadi adalah benar adanya.Â
Epos Rara mendut menjadi pelajaran kekinian untuk mengelola dunia cinta, harta dan kekuasaan saat ini.Â
Karena bisa jadi kita melupakan CintaNya pada kita yang tidak bersyukur atas sua karunia, rejeki dan kesempatan yang kita dapatkan saat ini.
Keadaan sekarang seperti gejolak waktu bumi Mataram dikuasai raja yang haus akan penaklukan dan pelebaran kekuasaan mereka relevansi sekarang adalah dikotomi kekuasaan dan kuasa yang hadirkan.
 Apa yang dinamakan bisnis kekuasaan dan banyak yang memanfaatkan kesusahan rakyat dalam hadapi tekanan sosial dan ekonomi, demi keuntungan pribadi mereka.Â
Sedangkan kuasa sekarang membungkam yang berbeda dan semua yang mengeritik di tikung begitu saja tanpa ampun dibalik uu ite dan uu penyampaian pendapat dimuka umum langsung dikenakan  pada sang kritikus.
Sang Tumenggung  Wiraguna yang juga panglima kerajaan inilah simbol penyalah gunaan kekuasaan yang menghalalkan segala cara dan nafsunya untuk kuasai cinta Rara mendut  dengan syahwat yang diperturutkan olehnya.
Sekarang inilah cerita yang sesungguhnya terjadi dan tampak rahasia manusia ketika diuji mereka tidak mau dan mampu untuk menghadapinya dengan tabah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H