Antara Jenggot Taliban dan patung di kostrat
Sayyid jumianto
Taliban ingkar janji saat mengadakan jumpa pers waktu pertama kali menang untuk kuasai negeri Afganistan. Pernyataan manis dan umbar omongan yang realitanya bertolak belakang.Â
Realita tidak sama dengan omongan ndakiknya untuk lindungi kaum perempuan dalam bersekolah dan kerja tetapi realita atas dasar penegakkan syariah islam mereka melarang anak perempuan bersekolah dan ibu-ibu bekerja diluar rumah.Â
Sungguh setelah terbunuhnya musisi senior di negeri ini maka pelarangan musik dilanjutkan dengan larangan motong jenggot dan wajib setiap pria harus berjenggot!Â
Keputusan jenggot (sunah nabi jadi wajib) semakin nyata dengan kerasnya penerapan syariah islam disini dan bahkan betapa sunyinya negeri ini. Karena televisi, radio dan media sosisl tidak diperkenankan untuk sekedar setel musik untuk hiburan.Â
Bayangkan saja betapa sunyinya warga afganistan bukan karena takut bedil dan penerapan syariah yang ketat tetapi inilah gaya "the real terorisme" kebijakan membisu tulikan warga sepertinya adalah politik garis keras penguasa yang mayoritas orang taliban ini, akan berlanjut pada "membisu tulikan" semua keinginan kebebasan demokrasi dan mematikan hak politik warganya nampaknya "pintu kehancuran" pemerintahan gaya begini cepat rentan dan friksi faksi-faksi penentang akan semakin nyata adanya!
Bukan predeksi tetapi gaya pemerintahan begini sepertinya hanya akan seumur jagung aaja hidupnya kelak.Â
Kekerasan dibalas keras juga akan berdampak pada dendam dan tidak ada akhirnya bila tidak dipotong generasi selanjutnya kelak!
September ini ternyata juga ada juga ingatan saya pada represifnya rezim Soeharto pada kehidupan sosial politik dinegeri ini selama 32 tahun nampak dari pemerintahan yes man yang berujung pada pejabat yang asal bapak senang dan juga akhirnya korupsi berjamaah serta hantu PKI yang masih menjadi hantu hidup dan "komunis gaya baru" masih jadi isyu yang sangat manis untuk di goreng sebagai alat politik kuasa kekuasaan sampai kini.
 Sampai pindahan patung di Kostrad seakan disinyalir untuk adanya penyusupan komunis di ketentaraan saat ini kata mantan panglima G saat ini yang masih heboh dilini massa.
Semua pernyataan mantan panglima G di bantah oleh panglima saat ini.
Ironi kekuasan absolut
Sungguh dua gambaran diatas ada hikmah yang bisa kita petik bahwa tidak selamamya penerapan syariah agama tertentu atau kekuasaan tentara tertentu bisa dilakukan secara mutlak tetap ada nilai plus dan minnya.Â
Dulu waktu pak Harto menjabat instruksi dan arahannya di yeskan dan tidak berani ada yang membatah itulah pemerintahan yang keras saat itu yang membuat stabil bangsa kita 32 tahun!Â
Sisa-sisa kekuasaanya masih ada yang memelihara dan "hantu pki" sama masih dipakai untuk rebut kekuasaan saat ini.
Namun sekeras orde baru tidak larang wanita, anak-anak perempuan untuk sekolah dan bekerja.
 Serepresif Soeharto  tidak larang musik untuk diperdengarkan dan budaya di kembangkan, walau untuk urusan beda pendapat dan politik di nihilkan saat itu.
 Sungguh memang sinyalir pemindahan patung adalah bukti nyata "penyusupan pki di tentara "adalah perlu pembuktian simbol-simbol ini nyata adanya bisa jadi hantu PKI memang ada yang pelihara walaupun kini kita tetap harus waspada terhadap PKI gaya baru juga benar adanya.
Afganistan saat ini
Ironi jenggot, musik dan  larangan sekolah  bagi perempuan inilah realuta sekali lagi "real teroris" yang sungguh menafikan segala kemajuan teknologi kekinian mustahil adanya!
Sungguh mengapa mereka masih pakai mobil bekas tentara Amerika yang menurut mereka "bangsa kafir"?
 Mengapa mereka tidak pakai onta atau kuda?
Inilah sebentuk "kemunafikan " mereka atas kemajuan teknologi sungguh akan tidak berdaya mereka bila benar pelarangan musik dan wajib berjenggot (untuk pria) sungguh ironisnya negeri Afganistan di bawah bayangan "real teroris" yang sebenarnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H