Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menuju Titik Nol Peradaban (5)

19 Agustus 2021   06:20 Diperbarui: 19 Agustus 2021   06:31 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebebasan hakiki

Sayyid jumianto

Ujung penantian bukanlah sebuah ujung biasa bukan kenyataan yang kita lihat mengapa sebuah peristiwa bisa terjadi.

 Melihat harafiahnya bisa jadi kita yang lupa dibaliknya ada makna lain. Ibarat sungai maka kita harus bisa cari mata airnya karena ujung sungai adalah lautan kumpulan semua sungai bisa jadi juga danau, rawa, atau embung buatan manusia.

Lupanya kita yang juga dari sebuah titik budi daya manusia. Semua orang sombong atas kekayaannya, kepintatan dan istri cantik juga gelar sarjana yang disandangnya. Mereka  lupa

Ketika kehidupan normal jadi tidak normal lahi banyak yang kehilangan akal juga pikirannya.

Sering orang mencari kebebasannya tetapi dimasa sekarang kebebasan hakiki yang bagaimanah yang harus kita lakukan yakni kebebasan yang bisa dipertanggungjawabkan. 

Ketika semua dipaksa memakai bramgus, topeng atau masker maka harus ikhlas dan sadar kita jalankan saat ini.

 Ketika semua tempat ditutup transportasi di kurangi dan semua kegiatan di batasi banyak yang dari kita "mbengok" berteriak, protes keadaan ini. Seperti inilah kita selalu tidak mau di kurung atas kebebasan kita.

Waktu menjadikan kita belajar dulu para filsuf yunani mencari kebebasan dunia dan inilah yang terjadi kebebasan semu tanpa landasan iman dan taqwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun