Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ojo Mati Roso

11 Agustus 2021   20:47 Diperbarui: 11 Agustus 2021   20:49 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ojo Mati roso

Sayyid jumianto

Kahanan ing tlatah Jogja  masih PPKM level 4 karena meningkatnya jumlah penderita covid 19 di beberapa kabupaten memang sudh menurut tingkat jumlah yang terkena virus ini, ada juga kabupaten yang naik jumlah penderita yang sakit dan jumlah yang meninggal dunia karena virus ini.

Bagaimanapun semua adalah sedulur baik yang sedang di obati di rumah sakit maupun  isolasi mandiri di rumah adalah sedulur kita yang perlu perhatian ekstra membantu apa yang bisa kita bantukan, pikiran, tenaga, benda dan bahkan bisa jadi darah kita kalau di mungkinka kita sumbangkan demi sehatnya para sedulur kita khususnya di Jogja.

Bukan masalh kartu vaksin yang harus ada dan berapa yang di vaksinasi di Jogja tetapi bagaimana kita bisa menempatkan diri untuk simpati dan empati itulah yang  harus kita kedepankan ketika saudara kita tetangga kita terkena " musibah  ini sebagaian orang akan menjauh.

Mulai tahun baru suro ini coba kita berubah untuk ke lebih baik dan itu semua harus kita  mulai dari diri sendiri untuksebagai pemicu bahwa saudara-saudara kita harus lebih kita perhatikan kalau  kita sadari itulah bentuk empati dan simpati yang bisa kita lakukan minim menyapa dan ingin tahu apabila tetangga kita tidak njedul atau kelihatan di kegiatan kampung atau tidak kelihatan batang hidungnya lebih tiga hari kita  tidak usah sungkan untuk bertanya tentang kesehatannya  saudara kita tersebut.

Basa-basi sedikit untuk bertanya bukan suatu masalah berat karena kita bisa jadi mereka juga tidak tahu bahwa kita juga terpapar  virus ini coba jujur pada tetangga atau pengurus RT yang menjadi ujung tombak keberhasilan penanggulangan coid 19 ini.

Semua adalah rasa malu untuk mengakui tentang terpapar atau tidaknya kita terhadap covid tetapi pengurus RT sudah wanti-wanti bahwa tidak usah malu karena data ini bisa jadi membuat seseorang yang terkena covid bisa terbantukan untuk menuju rumah sakit rujukan inilah empati tulus pengurus keRTan yang harus kita apresiasi  yang terbaik adanya.

Mati roso

Janganlah kita mati roso, artinya cuek terhadap keadaan kita sendiri dan orang lain ( tetangga) apabila ada yang terpapar virus ini coba hidupkan rasa , tumbuhkan gotong royong dan juga tumbuhkan empati serta simpati pada sedulur-sedulur kita yang  terkena musibah ini.

Lupakan perbedaan itu jangan membuat kita menimpkan semua ini pada relawan apabila kita sudah tahu bentuk dan cara penanganannya kita bisa bertindak sesuai prokes tidak apa-apa minimal menginformasikan gejala terkena virus ini lewat grup medsos warga dan juga minimal juga bisa mengedukasi semuanya demi kesehatan kita bersama, bila ada saudara kita yang meninggal terkena covid ini tetangga apalagi, kita harus lebih tunjukkan rasa dan empati kita, walau jenazah langsung di makamkan dari rumah sakit ke makam kita tetap harus simpati pada keluarga yang di tinggalkan

Masalah waktu ternyata juga belum sadarkan kita sudah hampir dua tahun virus ini berkembang dan kita berlum juga sadar bahwa semua ini berpulang pada diri kita, diri kita sendiri untuk memulai bahwa semua ini harus menjadikan kita tidak mati roso alias tidak cuek  tumbuhkan rasa hidupan roso  dimulai dari kita sendiri dulu benar adanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun