Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasrah Gula Jawa Jadi Harapan Kami

9 Agustus 2021   05:59 Diperbarui: 9 Agustus 2021   06:12 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasrah gula jawa jadi harapan kami

  • Hampir dua tahun pandemi corona ini semakin nyata. Korban sudah berjatuhan, sakit, terjangkiti, sembuh dan meninggal itu bukan data tetapi realita 

Sayyid jumianto

Hampir dua tahun pandemi corona ini semakin nyata. Korban sudah berjatuhan, sakit, terjangkiti, sembuh dan meninggal itu bukan data tetapi realita 

Sungguh pembatasan wilayah membuat saya yang bekerja mengajar nglaju dari Bantul ke Kulon progo menjadi batu ujian sendiri. 

Jadwal PTM kepada murid dengan orang tua yang mengambil tugas offline berbanding terbalik dengan jadwal dari dinas dikpora. Jadwal piket yang minimalis itulah yang entah mengapa saya jadi setengah pengangguran setengah kerja.

Istriku berbisik padaku"mas cari potensi yang ada dikokap(kecamatan ) tempat sekolahku berdiri. "Apa ya dik, kelapa, gula jawa, gula semut atau kakao(coklat biji)" aku benar-benar blank tentang potensi yang bisa aku buat "bisnis" kala itu. 

Tiba-tiba saya ingat tentang potensi gula jawa yang ada di sini tetapi saya ragu. Tetapi ragu ini saya tepis ketika wali murid yang ambil tugas offline membawa sekarung plastik gula jawa. Sekitar 20 kilo saya iseng bertanya "bu sekilo berapa?" "Kalau untuk mas guru saya beri gratis" jawab wali muridku "maaf bu saya mau beli dan bertanya harga pasarannya, serta ini buat sendirikah?" Tanyaku padanya.

"Ya pak buat sendiri mau saya bawa ke pasar wates untuk perkenalan rp. 15.000/kg saja" jawabnya lugas padaku. Inilah kesempatan pertamaku aku ambil lima kilogram sekaligus tanpa bertanya pada istriku dirumah.

 Sore itu aku pulang kerumah ragu itu aku tepis untuk sampaikan "usaha sampinganku" menjadi pengepul gula jawa.

 Istriku kaget karena ternyata di Bantul sini sekilo sudah duapuluhan ribu"wah laba banyak nieh mas, nanti saya tawarkan ke penjual lotek dan sate" semangat istriku terlihat berbinar raut wajahnya. 

Inilah perjuanganku sebagai guru honorer yang suka dan tidak suka harus nyambi" bakul" ya berjualan apa potensi di sekitar sekolahanku saat ini.

Sedikit-sedikit jadi bukit ketahuilah untuk usaha rumahan kita tidak usah membuat sesuatu juga bisa untuk bisnis tetapi kita harus tahu potensi diri, potensi lingkungan dan hubungan baik pada orang lain. 

Karena sifatnya sambilan bisnis kecil-kecilan ini bisa jadi dengan saling percaya dan modal uang yang kecil juga bisa untuk menumbuhkan ekonomi di masa pandemi ini.

 Ekonomi keluarga karena semua ini harus diperjuangkan jangan lupa rembugan yakni komunikasi dengan orang yang biasa membuat gula inilah potensi awal, harga awal yang bisa membuat kita laba banyak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun