Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Mengulik Nasi Box di Hajatan Pernikahan Era Pandemi Covid di Jogja

10 Juli 2021   14:52 Diperbarui: 10 Juli 2021   15:08 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Mengulik Nasi box di hajatan pernikahan era pandemi covid  19 di Jogja

Sayyid jumianto

PPKM Darurat bisa jadi pembelajaran buat kita untuk tidak menunda-nunda kebaikan.

Apakah harus kita menunda ketika jodoh sudah memdekat, bukankan jodoh, rejeki serta mati itu rahasiaNya Allah Swt . Jadi ingat waktu aku kecil dulu ikut undangan mesti ada "piring terbang" alias makan besar maupun makanan kecil (snack) di suguhkan oleh sinoman yakni kadang muda yang sengaja di tampilkan untuk membantu dalam penyajian minuman dan makanan bagi undangan pernikahan saat itu saya jumpai sekitar tahun 1989 sampai 1990an.

Snack pengantinan ala Jawa khususnya di wilayah Jogja ini biasa ada lemper(makanan dari beras ketan didalamnya ada serundeng kelapa, isi ayam atau abon sapi.

Menu makan besar dipiring di sajikan nasi cup dengan sayur perkedel, cap cay, sedikit daging sapi atau ayam juga ada sambel goreng kentang, betapa nikmat saat itu dengan minuman teh panas yang segar itulah dulu waktu ada "piring terbang" di masa sebelum pandemi disekitar wilayah desa masih ada yang menggunakan cara ini waktu menggelar hajatan pernikahan anaknya.

Perubahan itu nyata

Ketika menginjak tahun 1990an sampai media 200an kebiasaan dikampung saya akhirnya berubah, dulu cukup dirumah dan mulai bergeser menggunakan tempat umum semacam gedung pernikahan kalau di desa kami balai desa untuk tempat jujugan model pernikahan ini juga menyewa gedung pernikahan yang ada dan metode pelayanannya berubah menjadi prasmanan. 

Orang memilih makanan dan minuman serta snack sendiri, peran sinoman hanya menunggu beberapa pantri tempat makan minum(tetapi sekarang sudah ada penjaganya dari food cort yang masuk dalam menu  dari gedung pernikahan yang disewa).

Beda piring terbang dan prasmanan adalah cara penyajian dan menunya tetapi lemper, roti, dan snak kacang tetap ada juga buah, es buah tetap sama untuk makanan penutupnya, ini nyata adanya bedanya. 

Sungguh ini sangat berkesan buat saya apalagi ketika saya mengikut undangan  bersama istri lebih senang lagi ada  hadiah kecil semacam sovenir yang bisa buat kenangan. 

Sekali lagi kalau jodoh sudah mendekat mengapa tidak segera menikah karena menikah adalah untuk menyempurnakan agama ibadah kita(dalam islam)

.Pernikahan era pandemi covid

Saat ini mending cukup di kua saja atau di catatan sipil karena demi mencegah penularan covid yang masiff saat ini.  Jangan undang orang banyak itulah saran saya.


Ketika saya memperoleh undangan dari rekan dan sahabat yang menikah berdua kami selalu siap-siap dari rumah untuk mempersiapkan handsaniter, masker dan tissu.

Era pandemi corona  ini  sungguh ada yang berbeda dan kita harus bijak adanya. Pandemi virus corona harus bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk hajatan, mantu, ulang tahun, atau khitanan.

 Walau menu tetap hampir sama dengan menu piring terbang atau prasmanan tetapi ada yang beda penyajiannya yakni dengan menu nasi box dan snack box tidak dimakan ditempat alias take away. 

Dulu era simbah saya ada ini yang namanya besekan dan dibawa pulang, sekarang berupa kotak nasi kardus dan kotak snack kardus juga.

Perubahan nyata kehidupan sosial salah satunya adat perayakan pernikahan atau ewoh mantu juga adalah konsekwensi logis di masa pandemi ini yang entah akan berakhir kapan tetapi perubahan dari makan ditempat sebagai dayoh(tamu) sekarang di ganti take away, suguhan dibawa pulang demi menjaga diri dari wabah penyakit ini dan juga anjuran protokol kesehatan dari pemerintah adalah wajib hukumnya di patuhi, walau di lema perubahan ini ora umum, tetapi bisa umum kalau ternyata besok diterima nilai-nilai sosialnya untuk melangkah lebih baik kedepannya.

#tetap dirumah patuhi prokes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun