Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Ponya Ragad Ora Iso Ragab

23 Juni 2021   06:35 Diperbarui: 23 Juni 2021   07:37 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ponya ragad  ora iso ragab

Sayyid jumianto

Ora kuwat ngragadi, bila DIY locdown (tidak kuat membiayai) kata-kata ini meluncur dari bapak gubernur DIY dimedia massa lokal dan nasional. Pernyataan lugas yang disampaikan karena meningkatnyajumlah penderita covid 19 di propinsi DIY. 

Sampai pagi ini  meningkat pesat dan sungguh memgkhawatirkan lagi semua rumah sakit siap untuk menampung pasien corona ini. Usaha yang bagus lagi di hidupkannya lagi satgas gugus tugas di tiap RT dan RW untuk menanggulangi serta menyadarkan tentang semakin mudahnya angka penularan covid 19 di propinsi Jogja. Saya tidak bicara data tetapi bila dilihat lonjakan maka bulan juni ini semua kabupaten dan kota sangat relevan kenaikannya.

Sungguh prehatin bila terpaksa lockdown(walau tidak jadi lockdown karena masalah ragad) sebaiknya kita kembali kepada diri kita lagi untuk sadari betapa kepentingam kesehatan itu juga penting dan utama ibarat diri kita bila punya segalanya dan istri cantik bila sakit-sakitan tentu lain ceritamya. Sebaliknya bila tidak punya apa-apa tetapi sehat bisa berusaha tetap bisa hasil adanya. 

Memang Jogja propinsi tidak sekaya misal Jawa tengah atau Jakarta tetapi "niat baik" untuk sehatkan Jogja adalah nyata. 

 Gubernurpun pun sudah tahu kas daerahnya dan gubernurpun sudah tahu betapa abai dan ngeyelnya warganya dan yang terjadi sekarang ngunduh wohing pakerti ketika semua orang mudik dilarang banyak yang diam-diam mudik, ketika hajatan dilarang tetap nekat gelar hajatan, ketika kerumunan pentas seni di pending malah mal-mal adakan. 

Dari sini benar adanya "ora iso ngragati" adalah sinyal bahwa bukan hanya kas berupa dana atau uang(yang hampir kosong) untuk penanggulangan covid di DIY sebagai kejujuran beliau bisa jadi  masyarakat di himbau bisa "ngragadi dewe"?

alias diambil kesadaran diri kita untuk gotong royong membatu penanggulan covid 19 di Jogja ini.

Pertanyaannya bagaimana tumbuhkan "iso ngragad dewe"??

Jawabannya bukan simpel lagi tetapi multi tafsir karena berhubungan dengan faktor kehidupan kita  seperti ekonomi, sosial, budaya keamanan dan lain sebagainya dan terlihat jelas ternyata kita abai terhadap anggaran kesehatan kita dan malah memilih beli pulsa hp misalnya dan itu juga terjadi termyata pembangunan infrastruktur proyek strategi nasional tidak ada proyek yang berhubungam dengan kesehatan adalah sebuah realita yang ada disini proyek bandara dan jalan tol(rencana) diutamakan daripada buat rumah sakit atau untuk kesejahteraan rakyatnya itu faktan

Kesimpulan

Pilih kesehatan atau infrastruktur? Jawaban ambigiu seperti kita berpulang dari diri kita sendiri terserahponya ragad ora iso ragab (kalau mau gembira harus punya biaya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun