Obrolan angkringan:Â Jogja semoga kalis ing sambikolo
Sayyid jumianto
Hujan juni ini tidak seperti biasanya, hujan ditengah musim kemarau akibat anomali cuaca di benua Australia membuat musim di pulau jawa khususnya Jogja sedikit berubah.
 Walau peningkatan warga yang terpapar virus korona tetapi semangat para petani tidak surut yang menanam padi sumringah karena padi sedang beanak pinak, sebagaian sudah mrekatak (berbunga) sebagaian sawah sedang ngurit(membuat bibit padi), sebagaian sudah matun dan sebagaian dibiarkan bero (tidak ditanami) karena menurut pranata mangsa sudah ketigo (musim kemarau). Semua mleset karena beberapa petani sudah menanam polowijo (kedelai, jagung, semangka, melon dan bawang brambang).Â
Angkringan yang mulai ramai akhirnya sedikit sepi hanya pembeli fanatik dan angkringanier yang bela-belain minum dan makan langsung ditempat yang lain dibawa pulang informasi tentang naiknya yang terkena virus ini semakin nyata dan wacana lockdown akhirnya terjawab senin ini bahwa Jogja tidak jadi lockdown yang ada PPKM Â mikro berbasis RT/RW.Â
Sebab bila lockdown total pemerintah tidak sanggup dalam membiaya hajat hidup orang banyak. Maka pilihan PPKM mikro adalah realistis adanya.
"Seketat apapun aturan dan hukumannya tidak akan bisa melawan virus ini"kata mas Guru padaku. "Bener masih ada ulah nakal langgar aturan yang ada to mas guru?" Balik aku bertajya. "Trend menungkat sejak setelah lebaran benar predeksi para ahli" tambahnya sambil menyeruput wedang jahe panas malam ini. "Ketika kudus ketatakan virus karena klaster syawalan, jogja juga merebak karena masalah yang hampir sama klaster hajatan membuat meningkat ada benarnya" sambungnya padaku. 'Abai ngeyel terhadap prokes ngunduhnya jadi begini mas guru?" Tanyaku padanya
Harusnya tetap dirunah nonton bola santai bersama keluarga tidak perlu pergi ke tempar kerumunan massa pasar, mall atau tempat rekreasi lainnya. Tetapi ceret dan kendil bisa jomplang adanya.
 Wabah ini kian menjadi bertambah karena abai, ngeyelnya kira, serta dumeh wes di vaksin lupa diri dan tidak mau tahu tetap bisa tertular wabah korona ini.
Â
Sebab kemajuan informasi dan transportasi adalah kunci  penyebaran, penanggulan dan penghentian virus ini karena ternyata virus varian bsru sudah terdeteksi di negeri kita. Kuncinya adalah pencegahan.
"Yen to kangen jogja video call wae, " benar rasanya saat ini demi tidak terpapar oleh virus ini dan tidak menyebarkan pada keluarga kita.
"ning pripun ajeng kslus ing sambikolo mas guru ? Kalau kita masih ngeyel dan tidak patuhi protokol kesehatan dan aturan yang ada?" Tanyaku pada mas guru. "Terserah, doa ya tetap berusaha yang terbaik dan patuhi prokes serta aturan yang ada, atau terserah anda"
#opini tentang kota tercintaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H