Sayyid jumianto
Ketika sawah pengharapan akhirnya terkena proyek nasional seperti jalan tol, bandara dan sarana vital lainnya. Bukan hanya pemilik lahan, banyak buruh tani, penggarap dan buruh derep pemetik padi yang menangis dalam hati.Â
Ketika mereka mendengar rencana jalan tol lewati mbulak sawah yang adalah pasrah "sesuk wes ora iso panen". Memang jer basuki mowo beo (hidup mulia harus berkorban dan bekerja keras) sayang pameo ini sudah dilupa generasi milinea sekarang.Â
Lupa betapa mereka tidak biasa lagi menyapu kebun dan menggarap sawah (kalau diwarisi kakek nenek)
Semua memamg harus diperjuangkan serius. Karena realita petani, buruh tani dan nelayan adalah profesi yang rentan miskin.Â
Sungguh setelah lahan garapan mereka (kepunyaan juragan atau pemilik syah) akhirnya menyerahkan lahannya untuk kepentingan bisnianya atau terkena proyek infrastruktur akhirnya  menyerah karena uang milyaran dan mereka tidak gunakan lagi untuk membeli sawah.Â
Apalagi ketika panen raya banyak petani yang sudah berharap harga gabah bagus tiba-tiba pemerintah impor beras dan mereka takluk pada pemilik modal dan tengkulak pengijon dengan harga murah inilah "pemiskinan" ranpa kita sadari selama ini.
Peternak juga tertikung dengan harga pakan yang tinggi dan akhirnya harga daging jatuh itulag dampak modernisasi dan ketimpangan aturan nyata seta tidak adanya nilai tawar petani terhadap harga pasaar saat ini.
Inilah yang terjadi banyak petani (penggarap) dan buruh yang membantunya kolapss. Bila tanahnya adalah milik pribadi maka bila "ngeyel" tetap di garuk dan harus untuk mensukseskan program infrastruktur pemerintah dengan uu agraria yang harus merelakan lahannya ikhlas dan tidak ikhlas para pemilik.
#selamat hari krida tani