Gula Jawa Kokap riwayatmu kini
Sayyid jumianto
Bila kita ingat gula jawa di Jogja ingatan kita pasti langsung Gula jawa asli Kokap, Kulon Progo.Â
Otomatis kita langsung tunjuk daerah ini karena gula jawa di sekitar Pegunungan Menoreh seakan tidak ada matinya eksistensinya.Â
Sekali lagi saya menulis ini karena kebetulan juga saya mengajar di sebuah sekolah luar biasa yang berada di daerah kapenawenon (kecamatan) Kokap.Â
Setiap hari saya lihat penduduk sini naik turun dan memanjat pohon kelapa untuk nderes nira dipucuk-pucuk bunga (mancung calon kelapa muda) bakal calon kelapa diambil untuk dibuat Gula kelapa khas daerah sini.Â
Sekitar sekolahan saya tempat bekerja saja ada tiga pengrajin kecil gula kelapa dan juga ada pengusaha besar gula kelapa (varian gula semut).
Bila kita menengok perkembangan daerah Kulon progo yang baru berbenah sebagai golden gate alias pintu utama perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta maka keyakinan itu juga muncul dari perajin gula kelapa di seantero bukit menoreh saat ini apalagi dengan dibukanya bandara YIA (Yogyakarta Internasional Airpot) serta dimulainya pembangunan kereta comuter bandara Jogja sampai solo dan purworejo juga jalan tol semarang, solo diarah ke Jogja maka semakin menambah optimisnya masyarakat pengrajin gula jawa di kokap sini.
Walau pengrajin gula kelapa di sekitar Kulon progo ada  terutama di Purworejo Jawa tengah semua bisa eksis punya pangsa pasar sendiri dan juga ciri khas sendiri juga rasa yang beda satu sama lain.
"Salah satu kendalanya adalah musim hujan dan pemasaran yang tidak bisa langsung ke pembeli" kata Bu win seorang perajin gula jawab rumahan kebetulan saya temui langsung dirumahnya. Pengepul dan pedagang besar adalah salah satu faktor penentu lakunya gula jawa ini sehingga tidak bisa langsung kepada pembeli bila langsung lewat media sosial WA atau FB adalah seorang konsumen langsung yang minta no medsos pada perajin gula jawa ini.
"Biasanya dibeli langsung oleh pedagang pengepul dari Bantul dan Sleman sedikit yang beli lamgsung untuk konsumsi" katanya pada saya.
Jadi manisnya kekayaan alam dari bumi Menoreh ini seakan bertimbang balik pada "kuasa" dan pasrahnya perajin dalam menentukan harga pasaran.
Belum ada sentuhan modernitas untuk memproses dari nira sampai jadi gula kelapa. "kita tidak pakai gas karena pertimbangan ekonomis  dan hanya memakai kayu bakar dari kebun kami" saya lihat hasilnya bagus karena cetakannya juga alami dari belahan batok kelapa semakin jadi daya tarik tersendiri bila kita langsung mampir ke rumah perajin  gula kelapa ini.
Saran dan harapan
Sebuah kemajuan juga tetap harus mengutamakan kearifan lokal juga tetapu sungguh bijak kalau kita bisa belanja gula jawa ini pada saudara kita perajin gula sehingga sedikit banyak kita membantu mereka secara ekonomi.
Harapannya supaya tetap langgeng dan bisa mempunyai daya saing terhadap produk serupa dari lain daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H