Eksistensi majalah Bahasa Jawa kemana sekarang berlabuh?
 Sayyid jumianto
Menulis tentang majalah/buletin/koran bahasa jawa saya terkenang waktu bapak masih sugeng dan setiap seminggu sekali membeli majalah bahasa jawa yang sangat membantu saya berbahasa jawa. Saya memang termasuk generasi "jadul" yang lahir 1970an dan alhamdulillah bisa "nemahi " masuk pada generasi x,, y dan z dan genersi milinea sekarang.
Sungguh saya adalah seturut generasi tulis tangan, mesin ketik manual, komputer dekstop, laptop sampai gsdget terkini hp android. Saya rasakan ada yang hilang di rumah kelahiran saya khususnya Yogya tercinta.
Benar ada yang hilang kenangan bersama bapak dulu yakni majalah berbahasa jawa!. Dulu saya senang cerita tentang dunia hantu(jagading lelembut) cerbung dan cerkaknya. Semuanya seakan tinggal kenangan ketika waktu melibas majalah-majalah berbahasa jawa ini sehingga sekarang agak susah mencari yang baru di kios koran terdekat.
 Bila agak maksa masih ada edisi lawasan di kios Shopping center taman pintar Jogja bisa temukan majalah-majalah super langka seperti  Penyebar Semangat, Jaya baya, Duta masyarakat dan Djoko lodang.
Bila saya ada liburan sedikit bisa hunting di Shopping center tamansari plasa Salatiga demi mencari atau sekedar membaca majalah-majalah lawasan ini.
Memang keberadaan majalah bahasa jawa diujung kepunahan ada sedikit pembenarannya karena tinggal majalah Djoko lodang di jogja yang masih eksis dan terbit sebulan satu atau dua kali.Â
Majalah mekar sari kini tinggal buletin suplemem di harian lokal Kedaulatan rakyat, saya kurang tahu tentang Penyebar semangat yang dulu eksis di Jateng, dan Jaya baya yang eksis di di sekitar Jatim masih eksis atau tidak juga belum ada info saat saya menulis artikel ini. Kolapsnya majalah-majalah bahasa jawa ini seakan "pertanda lonceng" kematian majalah bahasa jawakah?
Jawaban semoga tidak karena upaya pembutan Jawacana di dinas kebudayaan Yogya
Sebuah buletin berbahasa jawa, lomba novel jawa, gegiritan dan cerkak sebagai upaya pembendungan kepunahan media massa berbahasa jawa.Â
Walaupun tanpa kita sadari conten siaran di radio-radio masih gunakan bahasa jawa dalam pengantarnya  dan masih eksisnya acara Anfkringan di tvri jogja, Wedang ronde di Adi tv, dan juga leyeh-leyeh di RBTV/Kompas tv nampak salah satu contoh pemakaian bahasa jawa dan juga di conten berita nasional yang berbahasa jawa di SCTV daerah Yogyakarta serta di Golbal tv jg di Indosiar tampaknya inilah ujung  puncak eksistensi perwujudan media massa bahasa jawa akhir-akhir ini.
Sebuah buletin berbahasa jawa, lomba novel jawa, gegiritan dan cerkak sebagai upaya pembendungan kepunahan media massa berbahasa jawa. Walaupun tanpa kita sadari conten siaran di radio-radio masih gunakan bahasa jawa dalam pengantarnya  dan masih eksisnya acara Anfkringan di tvri jogja, Wedang ronde di Adi tv, dan juga leyeh-leyeh di RBTV/Kompas tv nampak salah satu contoh pemakaian bahasa jawa dan juga di conten berita nasional yang berbahasa jawa di SCTV daerah Yogyakarta serta di Golbal tv juga di Indosiar tampaknya inilah ujung  puncak eksistensi perwujudan media massa bahasa jawa akhir-akhir ini.
Walaupun hanya sekedar suplemen di harian KR jogja dan Harian jogja atau Suara merdeka semarang inilah perjuangan media massa berbahasa jawa akhirnya bisa mencapai misinya bahwa media dan bahasa jawa belum sepenuhnya punah di gerus zaman milinea, tiktok dan media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H