Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekantong Beras Merah Jambu

12 Juni 2021   16:06 Diperbarui: 12 Juni 2021   16:31 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekatong Beras merah jambu

Sayyid jumianto

"Ini baru tanggal dua belas" kata sang istri meluncur begitu saja. Sepagi ini hanya rebusan ketela pohong bisa untuk ganjal perut dan segelas teh pahit. "Sebentar lagi gas juga mau habis mas" kata sang istrinya lagi padanya seakan tidak mampu mukanya diangkat lebih tegak lagi. 

Sungguh saya tidak akan salahkan pandemi corona ini yang membuat segalanya menjadi kelabu. Semua orang menjerit dan sambat pada sang pencipta, tetapi semua orang harus pasrah pada keadaan saat ini. "Pasrah, tidak berusaha juga sama juga bohong apalagi pandemi ini hanya sebatas alasan saja dan Gusti Allah tidak beri rejeki bila hanya berpangku tangan" kata istriku lagi. Sabtu akhir pekan yang ditunggu kaum buruh, kaum pekerja lepas dan buruh lepas untuk tentukan nasib diri dapat tidaknya buat senyum sang istri tercinta nantinya.

Gedung ini tinggal finishing, semua pekerja satu persatu sudah pindah pada proyek yang lain. 

Sejak ramadan lalu gedung ini dimulai pengerjaanya buruhnya banyak tanpa jaminan gaji, kesehatan dan kecelakaan kerja.

 Walaupum banyak seponsornya pembangunan gedung bertingkat masih abai terhadap keselamatan pekerjanya nasib buruh begini terus."hari ini terakhir mburuh disini" bisik mas Tanto padaku. Aku mengangguk kecil tanda sudah tahu. 

"Kalau njenengan mau besok kita pindah ke seberang desa ada lagi pembangunan pabrik tekstil mas ikut ya?" Bujuknya padaku.

 Bagaimanapun buruh ya buruh selalu saja siap dikorbankan dan berkorban demi harga diri. Gedung yang sebentar lagi jadi ini adalah gedung perusahaan media terkemuka tanah air yang buka cabang di kota kami ini.

 Gedung televisi berita tersohor dan selalu news dalam pemberitaan ini sudah jadi tinggal launching seminggu lagi. 

"Semua harus rapi dan semua harus dikerjakan dengan baik serta secepatnya untuk di resmikan minggu depan"kata sang mandor membrifing kami semua.

"Bukan  masalah gedung ini jadi atau tidak atau sudah selesai saya tidak masalah mas tanto" kataku padanya sekalian merapikan pekerjaan kami.

 "Ini tentang apa mas?" Tanya mas tanto padaku 

"ini tentang beras untuk istriku"kataku lirih aku malu didengar yang lain.

"Terserah sembako, beras, gula, di pajakin asal semua bisa kebeli ya to mas tanto?" Tanyaku padanya "dan semoga pandemi ini cepat berlalu sudah hampir dua tahun semoga tidak sampai tahun 2024 "keluhnya padaku. "Saya yakin 2022 semua kembali normal lagi, seperti sedia kala" kataku padanya.

#selamat malam minggu semua k sianer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun