Seratus tahun jejak Soeharto dulu dan kekinian (3) : mikul duwur mendem jero
Sayyd jumianto
Ini tulisan tentang pak Harto yang ketiga, ulang tahun ke seratus tahun adalah sebuah ulang tahun  yang penuh makna yang dalam buat negeri ini sosok kontroversi yang pernah berjasa bagi nusa dan bangsa ini juga sosok yang penuh kontrovesional setelah mengakhiri jabatannya yang 32 tahun dipercaya memegang negeri ini oleh rakyat.
Waktu akan buktikan sebuah rezim dan rakyatlah yang menilainya kelak.
Orde Baru dengan segala ketercapaian dan ketidak berhasilannya tetaplah orde yang harus kita akui sebagai orde peletak dasar apa yang dinamakan tata pemerintahan sampai orde reformasi ini.Â
Soeharto sangat pandai untuk mengatakan bahwa kita bangsa yang unggul dan tidak mau di jajah dalam bentuk apapun atasnya.
Soeharto dalam segala keunggulannya juga ada kelemahannya yang semua harus bisa diakui untuk dan demi negeri ini. Sisi kelemahannya juga ada dan nampak dengan maraknya KKN dan mandegnya sistem demokrasi selama 32 tahun seakan menasbihkan "bobroknya" negeri ini yang cap ini di sematkan okeh para refornis dan kaum penentangnya.
Melupakan
Satu sisi era reformasi ini membuat kita bebas untuk berkehidupan sosial dan bernegara terlepas dari kungkungan orde baru. Kebebasan apakah yang sejati itu sebenarnya tidak sembarang "bebas" tetapi juga kebebasan yang harus terukur dan menurut norma yang ada saat ini.
Ajaran yang harus kembali pada karakter dan jati diri bangsa yang mulai dilupakan sejak tumbangnya orde baru.