Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Pantai (11) Muara Sungai

23 Mei 2021   14:20 Diperbarui: 23 Mei 2021   14:22 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak pantai (11) Muara sungai
Sayyid jumianto


"Embuh, tidak  tahu mas mesin kapal selalu rusak bila untuk melaut, tangkapan ikan semakin sedikit"Sedih rasanya bila ingat kata-kata orang disekeliling bapak, kata orang negeri ini berlumimpah kekayaan lautnya, tetapi mengapa banyak nelayan miskin?


Pertanyaan yang jawabanya tentu tidak sesimpel dan mudah diterima oleh kita.
"Miskin bukan karena kekurangan skill atau alat tetapi sebagaian karena ulah pasar yang buat nelayan tidak berkutik tentukan harga!

Alasan kedua paceklik ikan dan sikap sombong para tengkulak dan juragan ikan. 

Mereka pilah pilih jenis ikan yang laku dijual dikota, bandeng, bawal, cakalang dan bahkan kerang hijau, kijing dan cumi-cumi laku keras. Kalau mujur dapat lobsster yang bagus harganya ini kalau beruntung

Dermaga dibiarkan kosong dan kumuh dulu bisa main air disini tetapi sampah ikutan dari muara sungai hanyut dan menumpuk di sekirar pemukiman kami, jadi sedikit kumuh adanya.

Pohon bakau dan mangroew sudah banysk yang ditebang karena kebutuhan ekonomi karena bagaimanapun perut keluarga para nelayan  harus diisi juga.

Juragan kapal besar kadang arogan menyuruh seenaknya sendiri buruh nelayan yang bekerja padanya. 

Target harus tercapai jenis ikan ditentukan bila tidak sesuai di suruh buang di dermaga pelelangan ikan dan senyum  para nelayan tanpa kapal ini semakin kecut karena masih dibebani dengan solar dan ongkos makan minum anak buah kapal itu bukan rahasia umum lagi. 

Ini adalah rejeki kami karena ikan kecil-kecil sengaja dibuang atau dijual murah dapat kami manfaatkan untuk buat kerupuk ikan atau trasi seperti yang simbok  buat dirumah. 

"Resah dan kegelisahan yang panjang, bapak tidak berdaya karena dulu pungutan pajak resmi dan tidak resmi buat pengelolaan kapal jadi terdampak, pemasukan kecil dan pengeluaran besar.

"Sudah biasa kak mereka tebang pohon-pohon dan muara sungai ini jadi begini adanya" kataku padanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun