Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jejak "Kudeta 1998" terhadap Soeharto (2)

18 Mei 2021   21:17 Diperbarui: 18 Mei 2021   21:23 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jejak kudeta 1998 terhadap Soeharto (2)
Karma itulah yang terjadi sekarang orang yang dulu koar-koar anti korupsi setelah dapat kursi menjadi korupsi!

Sungguh sayang diawal kemenangan  terhadap rezim Soeharto ternyata semua berdampak pada sang pemenang sejati yakni rakyat.

Realita kemenangan rakyat ini banyak kepentingan politis dan ekonomis sehingga tujuh presiden serasa hambar adanya.

Seperti sayur kurang garam artinya penumpang gelap, kutu loncat juga genderuwo yang ngaku-aku bela rakyat setelah dapat kursi seperti orong-orong ke injak sepi nyenyet dan kena penyakit otak jadi pelupa

Apakah siklus 20an tahun itu ada?

Anti tesis ini kontra dari apa yang di namakan teori konspirasi nampaknya akan teruji benar atau tidaknya karena kita bisa lihat masa jejak keberhasilan pemerintahan baru teruji dan terlihat ketika kita lihat Presiden pertama Soekarno  20 tahun di ganti presiden kedua Soeharto 32 tahun dan direformasi ini sudah ada tujuh presiden dengan jejaknya baru 23 tahun dan kutukan itu lewat adanya.

Kembalinya tokoh lama

Sungguh naif ketika partai lama berkuasa yang terjadi paradigma lama dan sungguh sayang seribu sayang banyak tokoh politikus hasil reformasi, aktivis pada masanya terjebak KKN baru, koruptor baru itu realita sekarang.

Sungguh harus kita sadari ternyata penumpang gelap reformasi ada lihat bukan kepentingan rakyat mereka bela tetapi kepentingan pribadi dan partai yang mereka utamakan

Sebab pandemi corona

Seperti waktu yang tidak bisa kembali  tampaknya 23 tahun reformasi ini masih ada yang bemain untuk korupsi bantuan covid bahkan terjadi di lingkar presiden saat ini.

Waktu telah buktikan siapa tokoh reformis yang benar-benar membela rakyat dan tokoh reformis yang akhirnya dapat kursi dipemerintahan berubah gendut dan membela pemerintahan dan lupa pada rakyatnya, repleksi diri memang harus dan penting mengapa banyak yang dulu jadi pahlawan sekarang jadi pecundang dan oportunis membeka yang bayar dan jadi budak parpol demi kursi empuk jabatan.

Sedikit demi sedikit kelihan doyongnya orde reformasi ini. Partai terlalu sibuk masalah intern dan perpecahan seakan nyata karena masalah kepentingan pribadi dan motif ekonomi serta kekuasaan tanpa tahu derita rakyat karena pandemi corona.

Performa pemerintahan sampai presiden ke tujuh ini masih lupa pada rakyat inikah yang dinamakan siklus orde itu?

Performa orde reformasi semakin jauh dari rakyat dan cenderung ingkar dari perjuangan untuk libas KKN disemua lini bangsa ini. Karena semakin nyata pelanggaran itu didepan mata kita sistematis dan terencana.

Apakah presiden ke tujuh saat ini bisa balikkan situasi "karma" suatu orde  lama dan orde baru tidak menimpa orde reformasi ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun