Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Pantai (6)

15 Mei 2021   10:37 Diperbarui: 15 Mei 2021   10:42 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak pantai (6)

Indahnya pagi

Sepertinya pagi ini milik aku bersama kakak musim labuh setelah musim penghujan di ujung ramadan kali ini ada harap cemas para nelayan untuk menuai hasil yang diharapkan.

 Bila musim rendeng musim penghujan angin dan ombak besar semua kapal sedang dan kecil hanya sandarkan jangkarnya tunggu musim berganti dengan bekerja ala kadarnya memperbaiki jaring, mengolah simpanan ikan jadi terasi atau pada mburuh ke kapal-kapal besar yang tetap berlayar jadi buruh bersih kapal atau angkat pindah barang di dermaga ke truck-truck sembako di pelabuhan kecil hasilnya tetapi periuk tetap terisi.

"Apakah harus selalu kita miskin kak?" Tanyaku pada kakak sambil berjalan ke pelabuhan "miskin atau kaya tergantung kita yang betusaha Allah Swt yang atur rejeki kita" kata kakak padaku. 

Beberapa orang yang kenal kakak menyapa mungkin teman atau orang yang  hanya basa-basi aku tidak tahu kenapa kakak memyambutnya dengan senang walau sepagi ini belum ada yang beli masker dan minuman dagangan kami. 

Seseoramg memjumpai kami dan betanya pada kakak" kapan baline, pulangnya?" Tanya dia pada kakak"wingi lik, kemarin paman" jawab kakak "kapalku lancar setelah mesinnya dulu kamu perbaiki, terimakasih yo le" katanya lagi" sami-sami"jawab kakak",yo sayang bapakmu tidak mau ngelaut lagi aku beli masker satu dan dua botol minumannya" katanya lagi

Diambilnya  limapuluhan ribu di dompetnya dan uangnya diberikan kakak tanpa minta kembalian pada kakak

Seperti embun di padang pasir hari ini lebaran hari ketiga sepertinya tambah sepi, berita di tv gencar pelarangan mudik, membuat semua begini adanya, pakde ranto timer bis hanya dirumah, sementara lik adi cuma parkirkan bis antar kotanya di garansi" sepi" kata mereka kala berjumpa bapak.
"Demi kesehatan kita nduk, prehatin semua harus dijalani" kata bapak

Aku lihat kakak agak kagok, sepertinya mikir "ini rejeki Allah dik, bisa untuk beli lauk hari ini" katanya padaku " dia siapa kak?' " tanyaku padanya, kakak diam merahasiakan bapak-bapak yang dermawan tadi.

Pagi ini di pantai baru, Bantul, yogyakarta. Dok.pri
Pagi ini di pantai baru, Bantul, yogyakarta. Dok.pri
Sepagi ini hanya pedagang ikan yang ramai ikut  lelang ikan, sementara beberapa ikan sisa mereka buang untuk dikais sebagaian nelayan yang tidak melaut ikan-ikan kecil tidak sesuai kriteria di beli atau bahkan hanya diberikan bisa untuk  bahan trasi atau lauk makan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun