Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar..
Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar walillaahil - hamd.
Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.....
Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa,...
wasubhaanallaahi bukrataw - wa ashillaa.
Laa - ilaaha illallallahu walaa na'budu illaa iyyaahu
Mukhlishiina lahuddiin
Walau karihal - kaafiruun
Walau karihal munafiqun
Walau karihal musyriku
Laa - ilaaha - illallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah, - wa - a'azza - jundah, wahazamal - ahzaaba wahdah.
Laa - ilaaha illallaahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar walillaahil - hamd.Â
Nanti sore gema takbir akan berlalu di seantero negeri ini walau masih pandemi di balik virus corona 19 yang beimplikasi juga dengan "kurang meriahnya" penyambutan bakdo riyoyo idul fitri 1 syawal 1442 yang bertepatan dengan tanggal  13 Mei 2021
Mei yang pernah menenggelamkan negeri ini pada keterpurukan  dan mei yang mengingatkan mimpi-mimpi buruk para penguasa negeri ini, sekarang adalah lebaran kedua yang  masih serba sedih, mencekam dan susah belum new normal seperti yang di katakan para penguasa.
Kata-kata yang menyejukkan untuk tidak mudik walau banyak yang nekat untuk sekedar kangen pada dan orang tua di rumah semua termasuk anak, suami dan juga kekasih hati makan banyak yang nekat dan menerjang arus demi rasa kangen ini acuh terhadap wabah yang semakin hari mengancam semua lini kehidupan yang ada di negeri ini.
Kemenangan yang tertunda
Sungguh ramadan dan idul fitri yang tidak akan saya lupakan seumur hidup karena inilah ramadan dan idul fitri yang kedua yang kami lalui dengan pembatasan di berbagai segi kehidupan seakan mampu mengekang  nafsu kita untuk berekpresi karena semua lini kehidupan semakin di sesaki dengan aturan yang melarang dan melarang.
Lihatlah banyak orang yang gamang untuk menyakinkan diri bahwa besok adalah hari kemenangan yang sungguh di nantikan semua umat muslim di sebagaian belahan bumi ini  inilah yang saya namakan kemenangan yang  tertunda.
Negeri ini penuh mayoritas muslim tetapi kemenangan  untuk menang secara batinpun tidak bisa seratus persen karena masih banyak yang takut untuk mengepreksikan diri di bulan ramadan kali ini karena wabah pandemi yang mengancam kita.
Umat muslim di sini juga belum menang secara sepenuhnya secara ekonomi, budaya dan politik walau secara ekonomi banyak yang kaya dan jumlah zakat meningkat dari tahun ke tahun tetapi mayoritas umat muslim di negeri ini adalah umat yang miskin.
Bukan masalah malas, tetapi semua asset dan  juga pemikiran sudah terbeli oleh mereka yang dekat dengan pemerintah saat ini, inilah yang sekali lagi kemenangan yang tertunda karena masih banyak saudara-saudara kita yang miskin dan juga semakin terpuruk dengan adanya pandemi virus corona yang belum usai ini.
Wabah ini seakan membuat kemenangan idul fitri ini tiada arti karena dampaknya terasa bagi umat muslim karena penyekatan dan larangan untuk beribadah masih di jalankan oleh pengausa saat ini maka kemenangan yang bagaimana yang harusnya membuat kita sebagai umat muslim adalah lihatlah pada diri kita sendiri.Â
Kemenangan hati lebih utama untuk lebih baik kedepannya lebih baik untuk menjaga kesehatan dan juga pola hidup yang menyesuaikan zaman dan ikuti protokol kesehatan dan juga peduli pada sesama muslim di negeri ini adalah kemenagan sejati yang sebenarnya.
Kemenangan melawan hawa nafsu di diri kita dan tetap pada aturan yang berlaku adalah kemenangan kita yang sesungguhnya untuuk peduli dan patuh serta mampu menjalan prokes dengan baik muali dari kita sendiri dulu.
#selamat idulfitri
#mohon maaf lahir batin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H