Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal (44), Rapuh #2

1 Maret 2021   12:21 Diperbarui: 1 Maret 2021   14:44 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumbal (44) Rapuh #2

Rapuh

Hampir setahun virus ini buat semua tidak bisa tersenyum

Lepas seperti tahun yang lalu

Buat orang selalu cemberut dan mudah marah

Buat semua orang begitu takutnya

Semua adalah derita diatas penderitaan yang fana

Derita yang tiada kunjung akhir di pemerintahan kedua sang penguasa seakan menasbihkan bahwa semua rapuh, mudah patah dan mudah tidak bisa di gunakan lagi.

Apakah harus menyesali terus akan keadaan ini dan semua harus memulai dari nol karena semua yang ada nampaknya semu adanya walau keseriusan pengausa saat ini sungguh membuat kabar gembira bagi rakyat walau kabar vaksin ini baru sebatas orang-orang pemerintahan yang di vaksinasi.

" gelap dan penuh jebakan" kata kakak padaku

"sedemikian rapuhnya dan mudah di tebak langkahnya yang semua seakan menjadi maklum rakyat untuk menyikapi keadaan ini dengan senyum yang tertahan dan setahun kak semua ini hampir setahun kita jalani" jawabku pada kakak

Sethun yang penuh kekwatiran dan juga penuh tanda tanya yang entah mengapa semua ini harus di terima akal sehat kita bahwa pandemi ini global, dan semua harus di terima secara global karena kita dalam satu dunia ini.

Bukan sebuah rahasia lagi keadaan ini adalah sesuatu yang nyata dan tanpa terhindarkan lagi bahwa waktu membuktikan bahwa pandemi ini tidak serta merta surut dan hidup normal lagi penuh jebakan dan penuh harap harus secra bertahap dan semua harus di mulai dari nol, membalik kehidupan yang nyata.

Sekali lagi hampir satu juta lebih warga di tanah air ini positif korona dan hampir delapanratusan ribu sembuh dari korona serta puluhan ribu meninggal karena pandemi covid ini bukan masalah sepele lagi karena semua mengharapkan pandemi ini segera berakhir dan itu belum berwujud nyata akhirnya sampai tahun ini, hampir setahun sejak maret 2019 sampai februari 2021 semua masih tidak percaya karena semua ini.

Apakah harus berdebat tiada ujung akhir ketika semua menemukan kembali vaksin itu adalah beraawal dari diri kita sendiri agaknya semua orang tidak menyadari dan abai dengan prinsip-prinsip kesehatan dan prinsip-prinsip keagamaan yang menasbihkan bahw kebersihan itu sebagaian dari iman walau aku tak memandang sebelah mata bahwa vaksin sudah di import dan itulah kehendak pengausa yang harus didukung niat baiknya karena semua kepercayaan dan ketidak percayaan bermula dari niat kita yang paling dalam niat untuk kembali sehat seperti sedia kala karena hampir setahun rasanya pandemi corona ini tidak akan cepat berlalu di muka bumi pertiwi ini,

Terimakasih kepada tenaga kesehatan dan aparat yang selalu ingatkan kami untuk selalu jaga prokes dan jaga diri selebihnya tinggal niat kita yang harus kita benahi sekarang. Jaga diri dan keluarga itulah kunci sebenarnya.

Rapuh

Semua sebab adalah pandemi ini yang porak porandakan semua bapak kehilangan putranya, ibu menangis kehilangan anak tercintanya, kakek nenek kehilangan cucu terkasihnya dan anak kehilangan orang tuanya, jalmo moro urip lungo mati, tanpa pamit dan pesan, tanpa kehdairan orang terkasih melayat.

Semua adalah cobaanNya nyata dan sekarang ada mari kita hadapi dengan tekad dan taqwa itulah kesempatan kedua yang terbaik yang di berikan Tuhan kepada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun