Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal [43] Rapuh #1

25 Januari 2021   13:08 Diperbarui: 25 Januari 2021   13:18 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumbal (43) Rapuh #1

Semua jelas tentang bencana ini

Semua jelas ini tentang kacaunya  hari-hari ini

Seminggu  menuai bencana

Bertubi tanpa jadi alasan

Awal tahun ini ada rasa udara yang aneh yang selalu mengikutiku aku bukan mengungkap luka-luka lama yang ernah ada di negeri ini atau mengungkap masalah lama pad apartai lama yang pernah berkuasa dan menggunakan aji mumpung untuk menjalankan apa yang kami inginkan pembebasan tanpa syarat dan kebenaran sejarah yang telah menghitam sejak orde baru tumbang rasanya memasuki lorong gelap dengan sebuah lilin yang belum terang.

Waktu seakan semakin sedikit memburuku, mengehembuskan nasib umat manusia  dan penduduk negeri ini atas ketakutan dan kecemasan yang sangat membelenggu kami, membelu karena pandemi corona yang menjadi dan bencana alam  yang menimpa langsung negeri ini.

Semua orang tertegun karena calon ibu kota baru di kalimantan sana  tergenang banjir yang menenggelamkan sebagaian besar pulau kalimantan bencana yang menimpa ini tidak seperti bencana lima puluh tahun lalu terbesar,karena alasan simpel hujan hampir sepuluh hari beruntun, bukan  karena penjarahan hutan dan lingkungan yang rusak alasan simpel untuk melindungi sebuah kepentingan orang banyak, calon ibu kota baru.

Semua pejabat beralasan ketika banjir  karena hujan, ketika bencana alam gempa bumi di sulawesi mereka terdiam alasan apa yang akan mereka utarakan  tidak ada sampai sekarang tetapi semua bisa tertangani dengan  baik leat lemabaga yang ada walau ironi rebutan bantuan sampai terekspos media karena sang penguasa kesana untuk langsung turun tangan demi kepercayaan publik adalah syarat politisnya yang harus di kerjakannya saat ini. Seperti  ketika media mengekpos vaksinasi yang di lakukannya padanya semua penduduk di negeri dengan sangat berharap hilangnya kecemasan akan keputusan yang lebih baik inilah foto kekuasaan saat ini.

"perjalanan waktu dan inilah  nasib bangsa yang sesungguhnya"  celetuk kakak padaku.

"membutuhkan kebenaran waktu yang dalam, karena waktu membuktikan semua ini dan kebenaran harus tetap kita cari dan raih " jawabku padanya, kakak diam atas semua yang terjadi ini.

Rapuh karena negeri ini masih di liputi cemas akan pandemi  virus corona dan juga virus-virus  ketidak percayaan dan juga isyu radikal dan korupsi yang masih menjadi momok di negeri ini.

Virus yang porak porandakan kehidupan sosial, ekonomi dan juga pertahanan keamanan negeri ini dan inilah yang tidak kita perkirakan dengan wabah ini sungguh semua menurut jalanNya dan inilah kenyataan saat ini.

#rapuh#1

#cerpen bersambung 

#genre : politik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun