Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jalan Sunyi FPI #2

31 Desember 2020   12:12 Diperbarui: 31 Desember 2020   12:38 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab I  Kuasa dan kekuasaan menurut FPI

# tak disangka dan tak di duga ternyata fpi sudah dilarang
oleha penguas saat ini, tulisan ini saya tulis sebelum fpi dilarang
dan apabila ada salah kata  mohon maaf karena ini saya menulis 

antitessa fpi terhadap pemerintahan terkini

saya tahu keputusan itu bener-bener memukul fpi...pelarangan dan pembekuan ormas oleh pemerintah semoga tidak seperti dulu ...

saya tidak menghakimi atau salahkan pihak manapun..

"Crash" Fpi dengan Penguasa sekan menguak luka dan dendam lama karena FPI dulu sebagai sebuah organisasi pada masanya pernah "ditakuti" oleh sebagian orang, pengusaha, dan kekuasaan agak mikir bila berurusan dengan FPI kala itu media 1998 sampai dengan sekitar media 2019-an.

Jasa mereka tampak ketika calon presiden P memanfaatkan kiprah mereka ke ranah politik, sebab kala itu sebenarnya didirikannya FPI sebagai salah satu organisasi yang berbasis keagamaan dulu untuk memperjuangkan nasib, ekonomi, sosial dan pendidikan, kiprah mereka dulu tidak serem-serem amat tetapi keadaan memang menjadi beda ketika penguasa merasa terusik dan itulah titik balik dari apa yang mereka jalan sebagai jalan sunyi perjuangan mereka, jawaban yang sekarang berwujud nyata dengan dibekukannya ijin ormas ini oleh departemen terkait karena sepak terjangnya sudah dalam taraf "meresahkan".

Fpi memperjuangkan apa yang mereka yakini membasmi kemungkaran ala organisasi mereka bukan sebuah rahasia lagi apalagi kekuasaan dan pemerintahan kala itu dianggap tidak peduli dengan merebaknya mo limo dan itulah yang membuat mereka sekan menjadi "polisi' membasmi kebiasaan masyarakat ini dengan cara mereka sendiri dan itulah yang menyebabkan mereka harus berhadapan langsung dengan aparat keamanan kala itu di media 1998 sampai 200-an.

Keadaan ini berlangsung tanpa ada tindakan aparat keamanan apalagi jelang hari suci keagaaman mereka intens melakukan "razia". itulah tindakan yang dianggap meresahkan kal itu oleh pemerintah yang ada, ini berbading terbalik dengan tesis sebuah pembenaran karena apa sebagian mereka santri memperjuangkan ini, ada sebagian santri yang mantan-mantan gali era orde baru adalah sebuah alasan pembeanaran mereka dianggap meresahakan juga menakutkan kala itu.

Ormas menakutkan ini berbanding terbalik ketika betapa mereka peduli pada masalah sosial waktu terjadi tsunami di Aceh kala itu mereka cancut tali wondo, kata orang jawa sembodo, tetapi itulah pasang surut ormas ini kala itu.

Banyak orang bila ditanya tentang organisasi ini selalu mengatakan keras dan menakutkan karena bisa jadi lain ketika berurusan dengan mereka kala itu, tetapi siapa sangka keberanian mereka teruji hingga cap-cap radikal dan kersa dengan mudah mereka terima sebagai stigma bahwa ormas ini anti kemaksiatan dan juga anti minuman keras dengan melakukan razia terhadap toko warung bahkan tempat hiburan yang menjajakannya kala itu.

Kekuasaan menurut ormas FPI adalah perlu untuk dikoreksi sesuai keyakinan mereka secara agama islam (bukan ideologi) kekuasaan juga perlu dikoreksi dengan omongan, dan tindakan nyata untuk menyadarkan mereka walau kadang orang bilang tindakan mereka terlalu keras untuk ukuran awam ini terjadi dalam paham ormas ini.

Keyakinan ini nampak nyata dengan menjunjung tinggi apa yang mereka yakini perintah sang pemimpin (habieb) mereka iyakan tanpa menolak. inilah bedanya dengan ormas islam yang lain yang cenderung oportunis dan membela yang menang (pemerintah) dalam apa yang mereka yakini karena mereka senang berselingkuh dengan penguasa tanpa memikirkan dampak pada umat yang mendukung suatu ormas tersebut inilah bedanya dengan mereka.

Naif

Saya di sini berasa naif, saya tidak membela ormas ini tetapi bila menceritakan masa lalu mereka tampaknya bukan putih dan putih beneran tetapi abu-abu, karena sebenarnya sebagian kiprah mereka ada tangan-tangan dari pemerintah yang mengaminkan artinya turut mendukung tindakan mereka dan sebagian melindungi mereka. Bukan rahasia umum lagi walau kadang bila terjadi "caos" maka mereka juga langsung dijadikan sasaran tembak langsung oleh pemerintahan, itulah resiko "jalan keras" yang berbeda dengan ormas lainya, karena kuasa dan kekuasaan bagi mereka adalah sebuah tempat untuk harus bisa "dikritik"  dan juga di benahi bila ada yang salah atau kurang baik.

Pemanfaatan massa ini terlihat dari upaya capres P kala itu mengerahkan massa ini untuk mendukung dan menolak hasil pemilu kala itu walau ujungnya capres P kalah telak dua kali dengan pesaing tunggal mereka. capres J itulah pemanfaatan oleh sebagaian masyarakat yang harus kita ketahui adalah benar adanya mereka menjelama sebagai "kekuatan politik" jalanan yang mudah digelontor dana demi mendukung seseorang yang memberi dana pada mereka.

Pandangan ormas ini cenderung kuasa dan kekuasaan sekali lagi harus dikoreksi, dan inilah mengapa pengikut sang habieb semakin banyak walau akhirnya nyata mereka ditinggalkan begitu saja ketika niat mereka belum lelah di kerahkan untuk demo demi sang habieb kala itu.

Karena berbeda inilah maka ormas ini seakan hanya menggunakan kedok memperjuangkan rakyat kecil dengan topeng agamanya walau kenyataan mereka  yang ada di ormas ini adalah alumni-alumni ponpes terkenal di seantero tanah air tetapi sebagian jalan politik mereka tidak menadapat "restu" dari sang guru-guru merekalah sehingga jalan terjal ini seakan mereka menjadi jalan pintas meraih kuasa dan kekuasaan yang ada saat ini.

#capres P vs J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun