Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal [35] Ketinggalan Gerbong Kereta #1

14 Desember 2020   11:18 Diperbarui: 14 Desember 2020   11:19 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya aku berat untuk menulis kisah di novel ini  tetapi kenyataan di depan mata dan inlah yang buat gundah hatiku selama  ini, karena sebuah kebenaran harus di ungkap dari asal mula sebuah kejadian yang ada  dan sebenar-benarnya tentang situasi dan keadaan yang mendukung sebuah realita kekuasaan yang berlangsung.

Setelah gerbong reformasi di jalankan sudah sekira tujuh  kepala negara yang memimpin negeri ini semua berwatak dan bercorak sendiri-sendiri mewakili manifesto partai yang mendukung dan juga menggolkan seseorang jadi pemimpin negeri ini.

Ini bukan masalah nasi tetapi juga nasib karen semua berlomba untuk saling berebut pengarush satu sama lain, setelah orde baru tumbang tampaknya saling menjegal antar perseorangan,  kelompok organisasi massa dan juga partai semakin nyata, di ujung tahun 2020 ini semakin kelihatan sekali arah mana politik kekinian ketika politik identitas akhir di pakai untuk menyangi politik ormas dan parpol yang selalu melempem ketikaberhasil menggolkan calon kadindatnya menjadi seorang pemimpin di negeri ini. Ketika sebuah kemenagan nyata di depan mata mereka masih ketakuta untuk memegang negeri ini karenasang sponsor menagih janji-janji kampanye inilah yang entah mengapa banyak yang terjerat kasus korupsi pemimpin negeri ini. 

Rakyat sedikit banyak semakin tidak  percaya dengan partai dan organisasi massa apalagi memasuki tahun 2020 kemarin dengan deraan pandemi corona seakan pemerintah berhenti urat nadi denganberusaha sekuat tenaga menanggulangi virus ini hasilnya memang belum bisa di harapkan tetapi kabar sudah datangnya vaksin virus ini semakin memuat optimis keadaan sekarang dan akhirnya semua kembali kepada bagaimana rasa keadilan ini bisa di jalakan.

Perebutan warisan orde baru tampaknya masih nampak dengan perebutan kaum nasionalisme, kaum sekuler dan kaum ekonomikus seakan bersaing keras dengan kaum agamawan yang juga fasih dalam berkompetesi politik akhir-akhir ini.

Bahkan sekarang nampak benar ketika partai lama berkuasa kembali sejak ditenggelamkan selama hampir tiga puluh tahunan sekarang sedang di uji kenasionalismenya dalam persaingan dan pembenturan nyata kaum agama dan nasional di pemeritahan sekarang begitu nampak nyata. Ketika gerbong kereta pembebasan kaum nasional opurtunis berhasil di jalankan setelah hancurnya orde baru nampaknya kaum agama ketinggalan kereta ini di wakili oleh beberapa partai islam yang nampaknya masih kedodoran untuk bisa mereka masih menghantam pemerintah kekinian dengan isyu  lama 'mumi pki" yang ternyata tidak dapat menggoyang penguasa sekarang yang sengaja masih  digoreng untuk menaikan rangking dan bargaining politk di pemerintahan kedua sang presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun