Tumbal [ 22 ] Bukan tanah para Anarkis #4
"demo itu ada yang menunggangi, ada yang bayar dan ada yang mendesig  itulah pernyataan pejabat dan sejumlah kaangan tak luput kalangan akademisi, politisi dan juga rakayat biasa aku dan kakak masih sayup-sayup mendengar obrolan tentang "serunya"  dan tentang anarkisnya para demontrans yang terjadi di beberapa kota termasuk di kotaku Jogja tercintaku ini.
"anarkis" dan tidak bisa di kendalikan karena  mereka tidak ada solusi yang baik semisal ada pernyataan  yang beda dari pengambil keputusan di Jakarta dik " kata kakak padaku
"dialog ?" tanyaku
"buntu dan mereka seakan pada menang sendiri kompak menolak beda paham dan juga menolak pemikiran lain " kakak bersemngat untuk menjawab
"masukkan dari para buruh dan juga pegawai kecil?" tanyaku lagi
"lupa mereka dulu minta dukungan rakyat kecil, sudah jadi lain mikirnya" jawbanya lagi
Pemikiran yang beda dan inilah yang entah  mengapa bila ada rakyat yang beda dengan pola pikir penguasa maka di anggap setingan pihak  tertentu, misal proyek jalan tol mengenai rumah rakyat kecil maka harus manut atau tdiak di bayar tanahnya seharga kesepakatan pemerintah dengan cukong pemilik lahan  tol tersebut.
"bukan rahasia umum semua di korbankan UU Â ini juga sifatnya melindungi buruh dan juga kepentingan pemodal melindungi usahanya di sini" jawab kakak lagi padaku
"jadi ini untuk keduanya kak?" jawbaku lugu
"wah yang benar  tuh lindungi buruh demi biar usaha modal besar itu  terlindungi dari ancaman mogok massal dan juga menekan upah buruh yang ada ' jawab kakakku lagi dengan sengitnya