Mereka mengorbanakan harta dan bahkan jiwa untuk demi kelanggengan  kuasa dan kekuasaan mereka tanpa tahu betapa rakyat dan orang biasa juga terseret, tertikung dan terperdaya menjadi korban karena ulah dan ambisi.
Sebuah  ambisi yang akan mereka wujudkan dengan cepat tanpa bersusah payah itulah keadaan yang bapak rasakan tertekan, sedih dan selalu bertanya-tanya kemana bapak dan ibu tidak pulang lagi ke pangkuan dan rumah ini.
"bapak etrlalu sedih" kata kakak
"terlalu amat pedih untuk dilupakan dan menjadi korban" jawabku lagi
Aku maklum adanya karena sebagaian orang di sekitar rumah bapak selalu mengatakan bahwa bapak agak "kurang waras" karena beban masa lalu terserah penilaian mereka  tetapi buku harian ini bercerita banyak tentang bapak dan foto-foto  itam putih keluarga kecil itu masih ada tersisa di anatar alembaran buku halaman  di buku hariannya.
"ini tentang coretan bapak di belakang foto kecerian bapak dan kedua orang tuanya yang bahagia waktu rekreasi kak" kataku pada kakak
"benar dik, tinggal masa lalu" jawabnya sendu
Kakak tertegun karena di balik gambar foto itu ada sebuah coretan kecil dibelakngnya " di hutan jati ada yang hilang oktober 1965" , aku mngernyitkan dahiku hutan jati yang mana yang bapak tulis ini setahu ad sekitar 200 km dari kabupatenku mengarah ke kabupaten jalan propinsi ada hutan jati yang konon angker dan tidak sembarangan orang bisa masuk kesitu.
"hutan jati yang  mana  kak?" tanyaku
"embuh, tidak tahu dik tetapi di bawahnya ada tulisan "Km 223"aku berusaha menelusuri tulisan itu sejauh itukah bapak berjalan mencari  nenek dan bapak kala itu atau hanya mendengar dari pakdhe dan budhe yang selama ini membantu bapak dalam hidupnya ?
"ada tentara datang kerumah dan bercerita mereka di bawa kesebuah hutan jati lebih dari 200 km dari rumah ini aku  dengar' tulisan bapak benarkah ini?" tanya kakak padaku
"bia aku membayangkan bapak tentau anak sepuluh tahun jujur dia menulis apa yang di dengar dan dirasakan  atas semua kejadian ini " sedikit aku berkesimpulan pada kakak
"sejauh ini" kakak jawab kakak pelan dan aku serta kakak tetap belum percaya apa dan pada siapa ia membaca isi buku harian bapak ini
-------
Tumbal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H