Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Daun-daun Jati Berguguran Jadi Saksi-8-Cintaku

2 Juli 2019   07:20 Diperbarui: 2 Juli 2019   07:24 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita kemarin

Daun-daun jati berguguran jadi saksi-8-cintaku


Relatif adalah kata bila kita harus sikapi perbedaan suhu yang dingin yang seakan pertanda cintaku pada Tin semakin jauh tanpa komunikasi diantara kami.

Sesunyi itukah duniamu tanpa arti bila tiada sedikit manfaat buat yang lain atau sengajakah kamu menutupi dirimu dari bergaul dengan orang lain atau suntukkah pikiranmu dengan hanya berteman online dan gane online sehingga harimu cuma ada play dan playing membeli paket data lalu kamu habiskan tanpa arti.

Aku terkesiap malu begitulah nyata hidup di era milinea 4.0  atau esok 5.0  buatku tiada kemajuan tanpa arti bila tidak digunakan sebagaimana mesti seperti pdtani yang selalu gunakan sabit dan cangkulnya disawah juga di tegalan, guru yang selalu gunakan ilmunya untuk anak didiknya adalah sebagaimana mestinya menurut hukum alam ini.

Bekerja didesa adalah sebuah pilihan final buatku walau kadang sesakkan dada tidak tahu kenapa semua serba pas seperti kemenangan capres petahana yang kembali menang sungguh contoh nyata begitulah nasibku begini saja belum berubah walau berjuang sekuat hati dan tenaga adalah juga nyata!

Berharap sebuah keajaiban dan inilah yang aku cari tentang cita-cita dan cinta coba ku sedikit terbuka untuk mencari yang lain berat hati ini melupakan kisah kasihku denganmu Tin cantik ambisius dan tanpa basa basi bila berprinsip itulah yang aku suka walau akhirnya harus jadi bumerang ketika ketidak pahamanku membuatmu sekarang menjauh dariku

"aku tidak mau terganggu masalah cintamu mas"

"bukan keputusan  terakhirmu to?"

"sama jelas dikota ini enak mengapa mas pilih desa yang sepi itu?"

"aku punya alasan tersendiri"

"aku juga kita colling down !"

Keputusan yang enak walau sesakkan dada ini.

"kita jalan sendiri-sendiri"katamu tegas saat itu.

Sesaat limbung hati ini tetapi aku coba tegar tegakkan hati ini.

Sungguh aku tidak mau terlenakan musim krmarau yang dingin ini karena siangnya panas memanggang ubun-ubun kita kelak itulah yang aku takutkan selama ini!

Kamu akan tahu betapa cinta tak semulus proyek jalan tol yang korbankan ladang dan sawah petani dalam membuatnya karena itulah aku sadari betapa jalan tol proyek pemerintah itu juga memotong bukit gunung gunung tanpa perasaan demi mulusnya liku-likunya tanpa tahu jerit petani dan peladang didalamnya.
Aku sadari karena lika-liku cintaku bukanlah "proyek semulus jalan tol " penuh aral dan aku berhak sendiri tanpa cintamu.

kokap juli2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun