Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Secangkir Kopi Pahit untuk Prabowo (12)

23 Mei 2019   10:03 Diperbarui: 23 Mei 2019   10:25 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secangkit  kopi pahit untuk Prabowo

pak maju kalah bukan masalah..

sebuah pelajaran demokrasi dari Prabowo

alsayyidja

Buatmu hanya butuh secangkir kopi untuk merasakan rasa didadamuPahit getir tanpa gula itulah rasanya sebuah kekalahan. Ibarat kita jatuh pada lubang yang sama sungguh terlalu!

Prabowo sungguh "kalah dua kali"seakan membukakan mata demokrasi kita bahwa dana yang besar dan konektivitas partai tiada berguna bila di benturkan dengan politik "kepercayaan" walau selalu ujungnya sakiti hati rakyat bila tidak sampai programnya secara langsung.

Sekali lagi saya tidak bahas sang petahana tetapi disini saya bahas sang penantang faktor terakhir inilah yang sebabkan dirinya kalah telak!! karena faktor percaya, kepercayaan ada disudut rakyat yang pilih kelak!

Inilah sebab kekalahannya lagi sang penantang!

Isyu 22 mei seakan sudah kehilangan momentum bahkan malahan sebagian peserta aksi kehilangan nyawa demi majunya demokrasi selepas 21 tahun reformasi ini.
Lubang-lubang demokrasi masih terlihat nyata apa yang terjadi minggu-minggu ini hanyalah segelintir kita yang tidak mau kalah dan akui unggulnya lawan!

Sang penantang yang sukses

Apapun sejarah seakan membeku ketika praktek-praktek lama tetap dijalankan dan pasal-pasal karet tetap dijalankan sungguh sebuah demokrasi yang jalan ditempat adalah nyata!

Seorang Prabowo sukses dua kali tercatat dalam sejarah  demokrasi dengan lawan yang sama dan hasilnya kalah! Sebab bukan aturan, bukan dana yang besar faktor keberuntungan jugalah yang tidak berpihak padanya!

Demokrasi ala kita adalah demokrasi yang tumbuh tidak mau gentel ini jugalah yang harus di benahi di negeri ini. "ikutan yang menang"itulah demokrasi yang kita anut yang harus pahit getirnya harus kita rasakan !

Langkah maju ke MK adalah pembelajaran demokrasi yang gentle dan sungguh sekarang apakah pesta trilyunanan ini adalah pestanya rakyat? Semoga!

2352019dalampuasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun