Ramalan itu
...sembilan hari tentukan pemimpin negeri
sebuah kata damailah negeri ini
tak terpengaruh siapa menang atau kalah
.
penulis
Menggetarkan hati yang membacanya dan sungguh suatu kekawatiran sang pujangga penulisnya Jaya baya.
Saya tidak tertarik sebuah ramalan tetapi jelang 22 mei ini yakni pengumuman pilpres seakan sebuah harapan nyata sebuah kekhawatiran nyata karena ada "menang kalah" sebuah realita nyata kita memilih manajer bangsa yang akan memanage NKRI.
Sebuah kata resah jadi ada didalam hati ini yang tertepiskan kita kembalikan padaNya apalagi dibulan suci ramadhan ini bagi umat muslim adalah sebuah nyata pasrah pada sang illahi untuk berharap pahalaNya bersamaan dengan realita pengumuman ini dapat terminimalisir dibulan suci ini.
Saya tidak bahas apa ramalan itu tetapi apakah harus kerukunan negeri ini terkoyak hanya karena pilihan yang berbeda dan sungguh naif apakah harus kita saling curiga sak sawangka pada sesama anak negeri ini?
Bisa jadi pupuh atau gambaran ramalan itu sebuah keadaan yang terjadi saat itu juga bisa jadi pernah terjadi dan bisa jadi "perkiraan intelegensia hati penulis" adalah untuk memperingatkan kita yang hidup dinegeri ini untuk selalu rukun walau beda pandangan politik kita.
Saya sengaja ambil dari sekitar ratusan pupuh hanya saya ambil dua untuk sekali lagi ingatkan tentang resah hati, saling curiga yang  mengental agaknya  harus dicairkan karena semua adalah satu demi untuk ibu pertiwi kita. Ramalan adalah suatu kebetulan masa lalu yang untuk pembelajaran kekinian yang sungguh untuk kita belajar saat ini untuk waspada lebih baik.