Kembalinya politik keluarga
Alsayyid jumianto
Pulang kandangnya mba Titiek dari Golkar ke partai Berkarya nampaknya inilah bukti bahwa politik itu tidak abadi tetapi kepentinganlah yang abadi, tetapi sadarkah kita bahwa 20 tahun reformasi ini nampaknya kita menggulung waktu, banyak yang menikmati sampai korupsi dan banyak pula yang tidak sadar kita kembali ke mesin waktu tahun 1960 an agaknya kita lupa!
Ternina bobokan dan inilah kefatalan orde reformasi yang  namapaknya membuka kemabali politik dinasti untuk berkuasa saja, disini bukan keluarga cendana saja tampaknya tahun 2019 politik dinasti ini akan menggulung mentah-mentah apa yang dinamakan politik demokrasi reformasi yang antah berantah itu  karena adalah sebuah kenyataan bila sebauah partai yang di mulaikan adlah anggota"keluarga" sang pemilik saham itulah kenyataan sekarang.
Apakah kamu tidak tahu kenapa jargon demokratisasi itu lemah?
Apakah kita tidak tahu politik dinasti patriarti keluarga munsul lagi?
Apakah mengerti  kenapa para tokoh reformis sekarang menarik keluarganya ke kancah politi?
kita tidak membahas keluarga cendana sich tetapi global saja ternyata kita sekarang di cengkeram dengan ulah para" konglomerat politik" dimana pada satu atau dua keluarga politikus senor yang menurt saya adalah keturunan para pemimpin dahaulu dan yangbaru demokrasi dibolka-balik setelah turunya Soeharto sekarang ampak jelas bahwa pemegang demokrasi inilah sekarang yang dulu terpuruk 32 tahun sekarang memimpin negeri ini.
kenyataan berkata lain yang dulu mengelorakan KKN dan anti-anti yang lain sekarang  mengunduh buahnya sendiri bahwa politik di negeri ini bukan ala barat tetapi politik kekeluargaan adalah benar adanya bahkan sekelas tokoh seniorpun mempunyai salah satu anggota keluarganya untuk duduk menikmati hasil reformasi duduk sebagai anggota DPR atau mencalegkan ekmbali dan jadi kepala daerah sebagai calon adalah tidak bisa di tampik lagi" karena factor kedekatan."Â
Inilah yang saya sayangkan karena ternyata 20 tahun reformasi ternyata menghasilakan kembali apa yang namakan politik berbasis keluarga tertentu dan inilah bukan keluarga cenda saja tetapi ternyata daari banyak tokoh sekaranganaknya pun atau kelauarga lainpun banyak yang dijadikan jago untuk meneruskan "dinasti politik mereka"
Saya tidak menampik bahwa banyak yang rindu "masa soeharto" berkuasa dan mereka sadar dan bisa membandingkan kenyataan yang mereka dapat sekarang dan dulu yang mereka peroleha dalah nyata tetapi apakah kita tidak boleh menggunakan politik dinasti  danpoliti kekeluargaan apabila kita merasakan  bahwa demokrsi di alam reformasi ini menjadi stagnan karena ulah oknum pejabat terntentu dan politisi yang menikung  dan membuat arti reformasi adalah mencari dan menangguk kue serta pendapatan melalui politik adalah kenyataan, lain lidah lain kenyataan !
Jangan kaget orang yang dulu mencemooh keluarga cendana sekarangmalahan ikut mengadaikan kepribadiannya mengajak dan bahkan anggota kelaurganya pun diikutkandlaam caleg kelak tahun 2019 dan pilkada dan inilah  wujud nyata demokrasi di negeri ini dan sungguh mencinderai  garis besar reformasi adalah nyata!
Sadarlah bila kita amemilih kelak caleg, atau siapa saja yang kita pilih jangan lihat keturuanan dan siapa keluarganya yang pernah jadi yang profesionalsaja karena kita akan menentukan nasib negeri ini lima tahun kedepan inilah faktanya.
Karena kita sudah terlanjur apa yang kita pilih adalah hak kita saya tidak mempengaruhi tetapi inilah kenyataan bahwa politik dinasti bukan di Cendana saja tetapi juga mantan-mantan pejabat dulu sekarang ikutan politik dinasti ini dan melupakan demokrasi ala reformasi
sungguh menyedihkan!
1562018jogjadalamdingin pagi ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H