Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel 45

29 Juni 2016   15:30 Diperbarui: 29 Juni 2016   15:36 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cerita yang kemarin 

yang tak berujung hanya diri dan niat semua harus dilampaui karena semua harus tunduk pada hukum dan aturan, bukankah pemerintah sudah "bang-bang" menerapkan aturan, bila ada niata baik pemerintahan yang syah untuk membangun proyek untuk kepentingan rakyat banyak maka tanah yang kena dampak mega proyek akan di bebaskan dengan ketetapan harrga sesuai dengan pemerintahan yang ada , bila membandel akan di pakasa dan dirampas untuk tidak diberikan ganti rugai sepeserpun inilah sebenarnya kerja pemerintah, ya menemukan dua kepentingan dan karena pemerintahan konon tidak punya uang maka di carilah invsetor juga untuk "menambal" kurnag dananya pemerintahan dalam membangun mega proyek, seperti jalan tol, jembatan, pelabuhan dan bandara ya banda udara untuk mendarat pesawat yang konon harus dengan banyak dana bukan milyaran lagi tetapi trilyunan!

"sebaiknya kamu jangan gegabah nduk"

"kenapa mbok?"

"kita harus tunduk pada aturan yang syah"

"teapi mbok.."

"jangan bandel, kita puasa jangan membuat marah romo mantan kaya kemarin"

"habis bukan membela rakyanta, malahan pendatang kan mbok?"

"klise itulah pemimpin kita, membela..."

"yang membayar ya mbok?"

"kamu tahu simbok pasrah saja supaya enakan hati kita nantinya"

"pasrah dan berdo'a juga"

"jangan lupa tetap berusaha"

"ya tetapi ganti untungnya bisa untuk beli sawah lagi to mbok?"

"aku belum tahu"

aku hanya diam di koran bapak bupatai kekauatan tangan sekaan membuat senyum semua rakyatnya bila tidak ganti uang ganti tanah, agak janji surga tetapi inilah realaita yang sekarang janji, kampanye janji dan semua hanya rakyatnya yang korban janji gombal mereka!

"baiknya kita tetap minta  ganti rugi atau mbandel"

"berat semuanya"

Aku bersama simbok memasak didapur untuk buka sore ini aku baru tahu inilah harri yang berat bukan karena puasa tetapi kekauasaan yang berlebihan yang membuat aku muak mereka malahan membela investor dan karena janji muluk untuk kami kesejahteraan!

Bila bapak amsih hidup mungkin tetap sama"mbrangkel"atos" dan keras dalam membela rakyat kami ini!

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun