Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Tantangan Menulis Novel 100 Hari] Buku Biru 56 dan 57

15 Mei 2016   02:58 Diperbarui: 15 Mei 2016   03:05 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cerita yang kemarin :http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/tantangan-menulis-novel-100-hari-buku-biru-55_57349b315a7b612e20856b07

#‎TantanganMenulisNovel100Hari

Tentang janji surga (9)hari ke 56                                     

Mba Sri diam tidak menjawab telepon ini dan dia coba membujukku lagi lewat teleponnya. Mba Sri sering meneleponku untuk membujuk supaya kau mau di per istri oleh mas bejo suaminya karena menurut mba akulah wanita yang bisa menaklukan gairah dan cintanya karena diakui atau tidak mba sri tampaknya tidak bisa selalu melayani  dengan mas bejo dirumahnya, aku baru tahu. Mas bejo tampaknya sudah sering di ketahui main gila dengan sekertaris pribadinya yang menurutnya tidak layak di jadikan istrikedua mas bejo maka mba sri selalu mendesak aku lewat media massa dan telepon kepadaku menanyakan kesangggupanku untuk di persistri mas bejo.

“kamu tidak takut sendiri Biru?”

“ada anak dan mba min mba sri”

“maksud aku, bila malam tidakmerindukan belaian suamimu?”

“ya jujur mba masih”

“memang malam  dingin begini tidak mencari kehangatan?”

“mba aku normal semua  tahu anakku dua”

“masih sibuk senang sendiri?”

“maksud mba aku “

“mas Bejo jadi buka di Jogja cabangnya, aku mau ada yang urus manajemennya”

“aku mengajar mba kalau pagi”

“aku tahu, tentang itu..”

“ya mba aku belum bisa memutuskannya “

“apakah kamu bisa bantu mba kan biru?”

“bisa jaga cabangnya insayaallah bisa mba”

“menjadi istri kedua mas Bejo “

aku diam seribu bahasa dan aku tahu  niat mba sri padaku selama ini untuk menjadikan aku istri kedua suaminya aku tidak enak disam[ingdia kan kakak mas Harun dan aku adik iparnya  apakah harus aku memutuskannya sekarang?

“biru kok diam?”

“aku”

“sudah punya  ya?”

“ah ..mba belum ini tetapi..”

“jangan ragu biru kami jamin kehidupanmu kelak” kata mba sri padaku

“cinta mba”

“dimanapun lelaki bisa beli cinta tahu kamu biru?”

“mas bejo termasuk beli cinta dari sekrtarisnya itu?”

“ya ku akui , maka supaya kapok aku mau carikan istri lagi, kamu biru”

“bagimana mba?”

“biar dia salurin yang benar ya aku carikan istri”

“sekertarisnya mba kan cantik”

“dia mau hartanya saja”

“kalau saya begitu bagaimana?”

“aku tahu kamu tidak begitu keamaruk harta kami”

aku diam lagi menghela nafaskud an

“yang aku butuhkan cinta mba, bukan harta”

“kamu tidak pertimbangkan kedua buah hatimu itu?”

“aku sudah pikirkan masak-masak mba, sepeninggal mas Harun”

“berat cari nafkah di jaman sekarang”

“aku tahu, aku juga perasaan mba”

“makanya bantu aku ya biru, benar bantu aku,aku mohon” mba sri mulai akan menangis lagisperti yang kemarin memohon aku menerima  lamaran mas bejo padaku ya suaminya untuk di jadikan istri keduanya.

“biru pertimbangkan, aku percaya mas bejo akan bertekuk lutut padamu”

“aku tahu mba tetapi…” aku ragu untuk menjjwabnya dan aku bimbang

“kok ragu ya biru kamu?”

“masih ada waktu mba”

“aku tunggu yam as Bejo tidak menjadi-jadi dengan sekertarisnya itu”

aku diam, benarkah lelaki selalu mencari dan berpetualang dengan nafsunya aku baru tahu, jangan-jangan mas  dulu juga begitu? aku jadi berpikir negatif terhadapmu mas, karena cerita mba sri ini, mengapa begini?

Hidup memang kadang harus memilih dan semua tergatung diri dalam memilih dan inilah kenyataanku.

Aku berpikir keras dan  mencoba mengurai masalahu ini apakah bila aku menjadi istri mas bejo akhirnya mas bejo tidak mencari wanita lain lagi, ataukah ini cara mencari saluran birahi mas bejo dengan menanklukan wanita untuk memperluas jaringan  bisnisnya?, aku coba mencari jawabnya  aku ragu dan bimbang.

hari ke 57

***

Hidup ibarat sungai yang mengalir bagaimanapun dari atas airnya bening dan sehat tetapi sesudah kearah bawah airnya mulai keruh dan aku sadari ini sebagai janda yang tidak begitu cantik banyak kumbang jantan yang mau meminangku aku tidak sombong hanya karena hati ini masih fokus pada kedua buah hatiku saja yang membuatkau bekum memutuskan apakah dan kemana cinta ini akan berlabuh kelak.

Hidupku hanya  penuh kerutinan bangun pagi dibantu mba min menyiapakan sarapan pagi untuk kedua buah hatiku dan mencuci baju  yang kami pakai sehari-hari dan kerja , benar-benar simpel hidup ini.

“yang menelepon siapa bu?” tanya mba min padaku

“mba sri istri mas bejo”

“kabar baik ya bu?”

“ya”

“mengapa cemberut bu?”

“aku jadi mikir apakah setiap wanita harus mau menjadi pelayan bagi lelaki mba min?”

“ya bu, contohnya saya kalau malam jum’at saya pulang untuk suami saya”

“senang yang mba?”

“ya menyenagkan suami saya adalah ibadah to bu?”

“aku tahu tetapi ini mba sri mba min”

“kenapa bu?”

“dia mau aku jadi istri kedu amsa bejo”

“ha gila po?”

“aku mau dijadikan istri kakak iparku itu mba min’

“wow, alasan kenapa?”

“mereka belum pernah punya anak mba   min”

“lalu?”

“mba sri ingin aku jadi istrinya mas bejo”

“wah kebetulan itu”

“mba min kok begitu?”

“yak an tinggal bilang yak an bu?”

“aku masih waras mba min”

“waras bagaimana ini peluang bu”

“aku masih butuh lelaki tetapi bukan karena nafsu “

“mecari cinta?”

“ya yang tulus menerima kau dan kedua anakku”

“mas bejo kan cinta?”

“bukan karena ada iming-iming mba sri padaku”

“dengan apa?”

“Aku diberikannya kantor cabang perusahaannya”

“wah bukan cinta ini, “

“nafsu kan min?”

“ya bu, coba”

“apa?”

“dipikirkan baik buruk dulu”

aku diam dan mba min juga diam

“coba kamu jadi aku min, bagaimana?”

“saya jadi takut nieh bu”

“mengapa aku bertanya padamu karena kita wanita mba min”

Kami diam seribu bahasa

“baiknya bu  njenengan harus jujur dalam hati ini pilihan sulit bu”

“konsekewensinya berat mba min”

“saya tahu bu”

Hanya mba min yang kadang menjadi teman curhatku dan aku iri sebenarnya dengan  kebahagian mereka.

“coba kalu mba min suaminya menikah lagi dengan aku?”

“saya kan perbolehkan denga ibu, syaratnya ya saya harus  bercerai dengannya”

“akamu pintar mba min, kamu inilah sebenrnya yang  harus dipertahankan mba sri”

“bukan mencarikan istri lagi buat suaminya “

Aku bukan sombong dan menolak rejekiNya karena aku sadar bahwa rejeki,mati dan jodoh dariNya, entah mengapa mba sri tidak tahu betapa sakitnya bila di madu dank u tahu tidak enak hari bila karena aku maka mas bejo cintanya berpaling padaku dan lupa mba sri kelak.

“tetapi  patut di pertimbangkan untung ruginya”

Aku diam seraya mengukur dan  menimbang keputusanku kelak apakah bisa bahagia dengan menjadi istri kedua ataukah  memilih janda dengan perjuangan membesarkan kedua buah hati kami, aku belum bisa memutuskannya

Hari yang  aneh ini membuat aku  juga jengkel karena  ada saja yang berupaya menelponku aku tidak hiraukan karena belumada dlam daftar no telepon haandphoku aku mengangkatnya, tetapiada sms yang membuat aku kaget setengah mati aku baru mau membukanya karena takut sms itu penting dari sekolahan tempat aku mengajar ternyata sms itu…

BUKU BIRU

no.62

Al Muru'ah Sayyid Jumi Anto

1030/34.364

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun