Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Tantangan Menulis Novel 100 Hari] Buku Biru 48 dan 49

6 Mei 2016   14:28 Diperbarui: 6 Mei 2016   15:16 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#‎

alsayidja.paint

hari ke 48..

BAB VI

TENTANG JANJI SURGA

Kelas ini baru aku mulai istirahat belum juga datang, ada sms yang masuk

“selamat pagi biru” aku lihat dari mbak Sri istri mas Bejo

“ya, mba Sri apa kabar?”

“nanti aku telepon atau sms ini baru pelajaran ya?”

“ya mba, ini baru mulai pembelajaran”

“aku tahu” dia menyudahi smsnya padaku,

Deg jantungku terasa berhenti aku dimeja guru seakan mengecil melihat siswaku yang mengerjakan tugas yang aku berikan padaku dan aku beanr tahu apa yang akan dibicarakan mba Sri padaku, ya Allah swt jangan tergesa begini, aku belum siap. Aku kadung member harapan, dan aku tidak enak pada ayah dan ibu almarhum mas Harun, bagaimanapun mas Bejo adalah kakaknya dan dia ingin ngukup, ya membuat sejahtera kehidupanku ini dengan memberikan cabangnya yang ada di Jogja.

Gundah gulana dan membuat mikir apa yang di smskan mba Sri padaku dan aku tahu gundah mba Sri karena mas Bejo ternyata penyuka wanita terbukti dia sering berjalan dan ngedate dengan sekretarisnya yang katanya senang hartanya mas Bejo tetapi tidak mau di nikahi tetapi  tetap membuat tergila-gila mas Bejo padanya.

“kamu bis amembujuknya dik Biru”

“kamu bisa merubah pandangannya “

“mohon ya dik”

Pernah mba Sri memintaku dengan sms ini, tetapi apa dayaku apakah aku harus membujuknya dan pura-pura jatuh cinta sama dengan sekretaris pribadi mas Bejo itu ataukah aku harus bersandiwara menerima permintaannya  untuk jadi istri kedua setelah mba Sri, dan  dengan alasan membantu mba Sri atas kegilaan mas Bejo aku diam belum bisa aku jawabn sementara bel istrahat berdentang sampai aku lupa mendengarnya dan ada seorang murid  bertanya padaku

“bu istirhata nieh”

“oh sudah bel ya?”

“ ya bu..”

“oh…ya istirhat dulu, mana tugasnya di kumpulkan di meja ibu”

Murid-murid pada maju dan mengumpulkan tugas dalam folio yang aku bagikan tadi dan nampak keceriaan mereka karena bel istirahat berbunyi, aku lega rasanya. Waktu semakin siang, dan ketika tiba-tiba hpku ada yang sms aku membukanya dan ternyata dari mba Sri mau menelepon ku dan dering Hpku semakin nyring aku buka juga akhirnya.

“Dik Biru aku mau minta padamu satu”

“apa? “

“fotomu yang cantik”

“untuk apa mba?”

“mas Bejo supaya tahu kamu cantik”

“ambil saja di facebook mba”

“oh ya benar ya?”

“untuk apa nieh?”

“bagaimanapun aku harus selalu mengingatkan mas Bejo  terhadapmu”

“tetapi mba aku..”

“kamu belum siap ya?”

“ya begitu mba bagimana ini?”

“kamu tahu to sekretaris mas Bejo itu lho sudah membuat mas Bejo agak lupa padaku”

“mba kurang cantik  kali” aku coba mengingatkan  mba Sri

“walah..lihat aja aku sudah cantik kan sudah perawatan, senam, dan sulam alis segala “

“cantik dari dalam”

“mengapa apa itu?”

“jangan emosional dan jangan lupa berdo’a”

“itu bagus ya?”

“supaya keluarga tenteram dan bahagia”

“tetapi mas Bejo tetap ingin kamu Biru”

Aku diam dan merenung sejenak

“kok diam biru?”

“bagaimanapun masalah hati mba..dan  kedua anakku kelak”

“mereka kan senang punya bapak lagi kan?”

“aku jawab ya mba”

“buat apa kamu tunda-tunda?”

“aku tidak bisa jawab mba waktu ini, ini masalah hati mba”

mba Sri diam seribu bahasa dan aku juga diam menunggu reaksinya padaku, mba Sri  ingin aku jadi istri kedua mas Bejo dan dia ingin aku benar-benar mau akandi berikan cabang di Jogja untukku bila aku mau jadi istri kedua mas Bejo kelak aku tidak gila harta tetapi aku juga tahu  guru dengan gaji kecil juga membuat berpikir lain walau kadang aku ragu dalam memutuskannya, hati kecilku tetap menolak tetapi kadang pikiranku yang agak gila harta ini juga mau juga berdenyar mendesak aku untuk menerima pinangan mas Bejo padaku.

#‎TantanganMenulisNovel100Hari

Hari ke 49…

Tentang janji surga(2)

Hidup yang serba terbuka ini Kadang aku harus berpikir keras untuk menyakinkan diriku tentang apa yang akan aku putuskan, semua hanya pasrah pada Allah swt, tentang aku menikah lagi ataukah aku harus memutuskan sendiri kelak dalam hidup ini, dan ornag bertanya

“biru masih cantik kok pilih sendiri”

“banyak duda dan bujang lapuk yang pengen menemani hidupmu biru”

“ada duda tua yang kaya raya, dan tidak punya anak biru, mau ditemani hidupnya sama kamu”

Cibiran atau sindirran aku tidak mau tahu hanya aku percaya jodoh, rejeki dan mati hanya Allah swt yang tahu dan menemukan jalan ini pada diri kita, setiap umatNya sudah di takdirkan atasnya rejeki, jodoh dan matinya kelak.

Landasan Cinta                                     

mas Harun,seandainya kita masih bisa diberi waktu sedikit lagi

semua akan berlalu indah

tanpamu seperti kereta api yang tidak ada masinisnya

tetapi aku tetap di rel

yang kokoh untuk memperjuangkan

cinta, cita-cita dan kebahaian kedua buah hati kita

sampai hati ini lelah

entah kemana akan  berlabuh kelak

oleh alsayidja, aku masih dijogja mei2016

Hanya bait puisi pengisi selembar rindu indah dalam hatiku yang kutulis dalam handphoneku ini, rindu yang tak bisa terbatas waktu. Harapan yang membuat hati ini penuh ketidak pastian, hanya karena telepon mba Sri adalah salah satu yang membuat hati penuh dengan tanya apakah benar langkah mba Sri mencarikan istri  lagi, padahal aku juga tahu nafsu lelaki kadang sudah istri dua dirumah masih cari sana-sini  membuat kenyataan ini aku sedikit ngeper hatiku, tidak percaya akan bujukan mba Sri padaku ini.

Perasaan perempuan mana yang sanggup berdiri sendiri hidup sendiri tanpa suamai atau lelaki yang melindungi adalah hal mustahil yang bisa ku lakukan tetapi benar adanya inilah kebahagian yang aku rasakan yang dan sedikit nyaman karena ada dua anakku yang selalu bersamaku di balik senyum dan sedihku adalah nyata dan inilah ujian dari Allah swt yang membuat aku harus selalu tabah dalam hati dan kenyataan hidup ini.

Hidup yang serba membuat orang harus tahu dan pengen tahu urusan orang karena  media massa seakan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat adalah kenyataan hidup dalam dunia digital serba medsos membuat kemudahan dalam hal ini aku pun menyadari, bertap medsos bagiku saekan berujung mata dua dan sekalaigus membuat hati ini sekan bingung menentukan hidup karena sangat mudahnya tipuan dunia digitas dunia maya ini.

“biru sedang apa libur begini?” yun meng add aku pagi ini

“masak”

“memang tidak  beli gudeg saja di Patangpuluhan?”

“anak-anak minta dibuatkan sop sosis kembang, Yun”

“ah enaknya aku akan mampir ini dari Bantul sama kakak”

“eh kakak yang mana Yun?”

“yah Biru kok tanya , ntar ku belikan tas kecil dari kulit di manding, asal…”

“aku tidak bertanya tentang kakak barumu ya?”

“biru kamu tahu saja…”

“mas ganteg yang mana?”

“itu yang dari Godean”

“mas ganateng penulis itu ?”

“tidak…”

“jangan bohong kamu ngedate ya?’

“ah ssst dia mau ajak aku  ke warun makan ini biru , ntar saja aku semua ceritakan padamu”

“ah hahahh,,,” aku tutup dengan smile senyum dan penuh cinta

Yun kadang seperti adikku sendiri dan sering curhat sesama wanita aku agak ragu mengapa banyak cowok yang menghindarinya dan selalu curhat bila di putuskan oleh cowoknya tetapi ini mas ganteng, kakak yang mana aku hanya diam dan dia malah membuat teka-teki pada hatiku ini, jadi ingin tahu ini.

Meja makan ini baru saja aku sajikan mangkok sop sosis bunga kembang aku mendapat WA dari Yun dan aku disuruh melihatnya

“mba biru aku harap kamu tidak kaget siapa yang ngedate dan jumpa dengan aku di Bantul hari ini ini fotonya”

Aku melihat dan terlihat Yun dengan seorang cowok agak ganteng dan aku benar-benar kaget siapa dia aku baru tahu, aku kaget, dia….ternyata mas ganteng penulis itu…

“Yun kamu”

“mba Biru ini mas ganteng yang membuat buku itu”

“ah Yun…”

“apa?”

“ayo makan siang di rumahku ya nanti ?”

“ya…”

Yun bertanya kok tidak ada komentar dari Biru dan begitu juga Biru tidak bisa banyak komentar dengan seorang lelaki yang di unggah fotonya dengan Yun  hari ini, bingung dan kaget!

BUKU BIRU 48.49

ALMURU'AHSAYYID JUMIANTO

NO.62

JUMLAH KATA ; 1246/30.084

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun