[caption caption="alsayidja.paint"][/caption]
Cerita yang kemarin : Â http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-39-sebuah-novel_56fa3d8484afbdda0d489fa3
Romo mantan lurah, Â lik Legiman dan simbok seakan melupakan bahwa tanah yang hilang seakan tidak bisa kembali lagi dianggap lumraholeh pemborong tanah, sukong entah calo aku tidak hiraukan
"nanti berhadapan dengan hukum nduk"
"kasusnya pa?"
"menghalangi pembangunan"
"ini kebebasan berpendapat" aku semakin agak ngeyel dengan romo mantan lurah ini
"pasrah saja nduk, konseksweni berat"
"nggih romo" jawabku singkat
"kamu seprti bapakmu dulu nduk kata  romo mantan
"alhamdulilah  tetapi dalam kepasrahan ingin aku seprti patung  proliman kota Batas ini romo"
"ah itukan pejuang mendapat kemerdekaan, kita inginkan hari ini kita yang menikmati kemerdekaan beliau"
"ah jadi ini inspirasiku romo"
"persis bapakmu waktu mempertahankan pendapatnya, kamu nduk"
semu diam dan dalam hening yang sangat di pendapan diawal bulan April ini aku tahu agenda mereka, ya kabupaten Kulon Kali Perkakas akan mengadakan pilkada 2017 aku tahu incumbent, petahana pak tangan kekuatan perang akan mencalonkan diri lagi aku tahu, mega proyek ini beraroma politik juga.
"kamu tahu mereka akan maju lagi" ternag romo mantan lagi padaku
"lalu bagaimana dengan nasib rakyat ini romo?"
"aku juga tidak tahu nduk mereka akan memberi ganti rugai yang layak, "
"Mei akn dimualai pembangunan Bandara ini?"
"ya benar, maka harusnya semua administrasi harus beres awal April ini"
aku diam ternyata romo mantan juga punya misi, dugaanku agak tidak meleset jauh, membujuk kami untuk ikut  mendukung mega proyek Bandara ini, akutahu bujukan romo akan mempan, ya kena dihati kami, karena beliau dulu dekat sekali dengan bapak
Benar-benar kepentingan politik yang licik dan membuathatiku serasa panas atahu misi romo mantan di pendapa kami ini..
"apa romo mantan ada udang dibalik batu di pendapan kami ini?"Â
Romo diam seribu bahasa ketahuan,  kami yang ada sedikit kaget, simbok lik  legiman, mba tum dan aku juga kaget mendengar jawabanya
"ini bukan masalah uang nduk dan ini bukan masalah dukung mendukung proyek bandara ini, tetapi masuk harga diri to?"
"ya "jawabku singkat
"lha bagaimana ini tim sosialisasinya belum masuk sini?"
"romo paling dulu masuk sini"
"aku kaget kamu memang jempol nduk"
aku diam, dia melanjtkan pembicaraannya
"sebetulnya aku ada misi untuk membujuk kalian
kami diam dan tidak kaget lagi
BERSAMBUNG...
Â
PATHOK BANDARA 30, SEBUAH NOVEL
ALSASYID JA
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H