Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku Biru 25 [Tantangan Menulis Novel 100 hari]

7 April 2016   20:05 Diperbarui: 7 April 2016   20:09 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“harta yang paling besar didunia ini kamu berdua” diciumnya kedua buah hatinya ini  dan pagi yang ceria ini semoga tidak tergerus oleh pikiranku yang selalu ingin tahu benarkah inspirasi hiudp sang penulis novel itu benar adanya, selalu kecewa dalam hiudpnya ataukah ini hanya khayalanya semata? membuat haru biru sang pembaca aku tidak peduli sama kamu mas!

Pagi ini aku mohon hanya keceriaan dan kebahagiaan yang aku temukan bukan manyun, sedih dan susah yang sangat, aku upayakan senyum ini selalu dibibirku yang  entah mengapa membuat  maghnet yang luar biasa bagi keluarga kami.

Kami berangkat  pagi ini, Dinda mengikuti saran mas Yanti kearah sekolahnya kau dan Dion berangkat kesekolahan  yang sebenaranya bersebelahan dari tempat SMK aku mengajar setiap harinya.

“ingat pesan mama jangan nakal kalau pulangnya sama mba min”

“ya mama, Dion minta uang saku yang banyak ya?”

“ya begitu ya haruasnya mama kasih dari rumah tadi, maaf mama lupa nieh”

Aku mengambil uang dan menyerahkannya padanya, didepan pintu gerbang sekolahnya.

“cium mama sayang, jangan nakal , kalau mba min belum menjemput nanti  telepon mama ya?”

“ya mama, ok juga”

Aku tersenyum melihat jagoanku ini aku menyeberang jalan menuju sekolahanku didepan gerbang pak Bon selalu senyum menyapa kami mempersilahkan parkir sesuai uruatan paloing pagi ya paling ujung dari ujung jalan keluar parkir sekolah kami
 “selamat pagi pak bon”

“Nggih bu” akta pak Bon pada kami yang datang melewati pintu gerbang sekolah yang besar dan terbuat dari rangka besi yang kokoh ini, aku menenpatkan motorku diujung pojok parkiran karena aku agak lebih pagi dari yang lain aku bergegas menuju tepata absen sidik jariku di depan kanator sekolah kami dan menempelkan ibu jari pada mesin absen ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun