Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku Biru 16 [Tantangan Menulis Novel 100 hari]

30 Maret 2016   08:06 Diperbarui: 30 Maret 2016   08:20 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="alsayidja"][/caption]Cerita yang kemarin :http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/buku-biru-15-tantangan-menulis-novel-100-hari_56f9cca98523bd6f048b4579

BUKU BIRU

Al Murru'ah Sayyid Jumi Anto

62

Jumlah kata: 513

 

Pergi Ke Bantul

Aku tidak tega pada jagoanku ini semakin besar kelas tiga Sekolah dasar membuatku sadar penuh dan harus di perhatikan karena kakaknya yang sekolah menengah pertama sudah mulai serius belajar, dan adiknya juga sudah pandai sering bertanya mengapa itu dan apakah harus aku yang menjawabnya?

Mas Yanto sepagi ini memang bisa mencairkan suasan hatiku dan hati kami entah pernah hutang  budi pada mendiang mas Harun ataukah ini bentuk tanggung jawab anak buah pada mantan pimpinan ? aku tidak tahum tetapi hati ini kok ngeh dan adem bila bertemu dan melihat muka manisnya di rumahku,  sayang dia sudah punya tunangan yang cemburuan, Lis, benar kamu inilah yang   membuat kamu cemburu, janda cantik ini.

“mama jadi ke Bantul to?”

geragap  aku di buatnya oleh Dion, sadar karena melamun sambil menggoreng donan yang nggak bolong ini,

“eh ya, tuh mas dimakn donantnya”

“ya aku terusan saja ntar bapak marah kalu aku terlambat juga”

“ok “jawabku singkat, ya ganteng dan berprofesi sebagai polisi membuat memori ini semakin lekat bahwa takdirku pernah punya suami seorang polisi tidak salah hanya Allah swt maha penyayang  mas Harun di ambil dalam bahagia kami.

Mas Yanto pergi dan pamit aku  meringaksi donat danaku abwa dlam kotak  kardus

“mama aku  yang aksih mesesnya, dan coklatnya”

“ya, mas” kata mba Min pada Dion

“mba ini aku mau mandi dulu ya , bau nieh Dion” aku mencium jagoanku ini dan aku mengambil  handuk menuju ke kamar mandi tepat disebelah ruang dapur ini

“jangan nakal sama mba Min, mama mau mandi”

“ha? belum mandi pantesan bau “ ledek Dion padaku dan aku cubit pipinya yang ranum ini.

“mama jelekk” dia menghindar kebelakang mba Min dan aku setengah  lari bergegas ke kamar mandi

“siap-siap ke Bantul  rumah nenek Dion”

“mama…” lalu dia sibuk memberi gula dan kismis pada donat itu

Aku mandi dan entah mengapa aku mau cantik hari ini aku bergegas ke  kamarku dan berganti pakaian yang enak untuk  aku pakai hari ini.

“mama nanti ke pantai beli ikan asin ya?” rengek Dion padaku setelah aku keluar dari kamar.

“ya boleh saja”

“mba min ikut ya?”

“ya mas nanti” kata mba Min

“ikut to?”

“ya nanti bu kalau…”dia mau berkata apa aku tanya

“kalau mas mu tidak jemput?, sekalaian ke Bantul saja dekat to?”

“nggih bu benar “

“bertiga sama Dion ya?”

“ya”jawabnya pelan, benarmba Min adalah tetangga desa ibu dan bapak mas harun danmereka masih sedulur se kampong dan kami selalu bersama bila ke Bantul naik mobil dinas bapak tetapi sekarang mobil itu sudah ditarik kedinas karena mas harun sudah wafat, enaknya dulu kami bisa bernyanyi bersama di mobil  dan kami makan donat kesukaan kami bersama

“nggih bu, nanti sama-sama”

“mas mu sudah pulang po?”

“lha itu bu yang saya piker”

“oh kangen ya?’

“ha? ya bu” dia terbata kalimatanya sendu

“pasti masmu sudah pulang ya?”

“ya tad isms “

“lha yang yang dikanegenin pulang”

“siapa mama?” tiba-tiba Dion tanya padaku dan aku jawab

“masnya mba Min pulang”

“minta oleh-olehnya mba” polosny Dion minta lagi!

“nanti ya mas,malu nieh bu saya”

kami tertawa Dion benar membuat hatiku gembira seperti hati mba Min pagi ini gembira sekali!

 BERSAMBUNG...

-novelbukubirualsayidja-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun