Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara 38, Sebuah Novel

24 Maret 2016   22:51 Diperbarui: 24 Maret 2016   23:45 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayidja.paint"][/caption] Cerita yang kemarin: Pathok Bandara 37

Malam ini benar-benar membuat aku belum bisa tidur malahan tadi siang aku menjadi panitia porsenitas daerah kabupaten Kulon Kali Perkakas membuat lelah badan ini, mata tinggal sepuluh wattan aku hanya diam di kamarku ini, betapapun inilah solusi terbaik dikamar sehabis isya malam ini.

Malas untuk keluar karena malam ini hujandri sore tadi membuat malas untuk keluar  dari rumah ini, bagimanapun inilah akibat aku sok menjadi dan bisa membatu solusinya, aku hanya bisa ide saja!

"mba aku harus bagimana, aparat keluarahan sudah mendesak aku" sms dari lik Parjo

"aku jadi bingung"sms dari mas kelik yang punta kebun buah-buhan itu

"aku hanya punya ini,  WA dari ams Jono, ada gambarnya setandan pisang, karena kerjanya jual beli buah lokal!

"aku kwatir kita akanmenjadi kota seperti Jakarta" kwatir lik legiman

beberapa sms tidak bisa aku jawab langsung apalagi karena kau menjadi panitia membuat aku tidak bisa membuka HP  dan aku hanya melihat inikah yang aku perjauankan?

"kriing....bel Hpku berbunyi dan "Assalamu'alaikum mba"

"Walaikumsalam, dengan siapa?"

"sya hanya memperingatkan anda untuk tidak menghalangi proyek ini"

deg..ancaman ini..

"maaf dengan siapa? apa nomor hap anda saya  simpan untuk  sebuah ancaman ini?"

"terserah anda mau begitu, jangan menghalangi proyek ini mba"

"ya ok juga,, jujur dengan siapa ini?"

"nomor ini akan aku buang setelah menghubungimu" tidak jelas, calo ataupejabat atau pemilik modal ataucenteng pengusaha cakil aku tidakmau tahu, kok tahu nomor aku?

"oke mba?" dan tut...tut...tut..HPnya hilang ditelan waktu

"terlalu..inilah saatnya aku bertindak" tekad ku bergema dalam dada ini

"Kriingg....ada telepon dari siapa?"

"aku ribut bagiamana kabar?"

"baik " jawabku singkat

"hati-hati...ancaman HP bisa membuat keder semua  orang , aku hanya memperingatkan tentang ancam mengancam bila ada yang "sok aktif membela rakyat kecil"

"kamu tadi yang telepon aku?"selidikku pada dia, soalnya orang aneh sering buat gara-gara kok kamu?"

"tidak, aku hanya uacpkan kamu harus hati-hati gunakan no hpmu, supaya tidak mudah diancam-ancam"

"oke lalu mengpa kamu telepon aku?'

"pengeen ketemu denganmu"

"tdiak boleh"

"lihat dari jarak jauh  kamu"

"tidak boleh"

"biarr saja" aku diam tidak menjawabnya dan dia juga  masih bicara

"boleh ya??"

aku diam aku matikan hpku dan aku hidupkan lagi..hilang dia!

Malam yang larut dalam dingin hujan membuat aku jadi bulatkan tekad membela rakyatku!

 

Malam yang larut

 

entah mengapa hanya ini yang aku bisa buat

membelamu

yang benar

 

tanpa takut

nyaliku

hanya menulis

 

bila solusi 

tidak ada 

hanya mengeluh kuno

 

tanpa pemecahan

yang adil 

bagi rakyat..

 

alsayidja

2432016

 

BERSAMBUNG

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun