Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Buku Biru 11, [Tantangan Menulis Novel 100 Hari]

24 Maret 2016   17:03 Diperbarui: 24 Maret 2016   17:23 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="alsayidja"][/caption]

cerita yang kemarin

Buku Biru

Al Sayyid Jumi Anto

No:62

Jumlah kata :595

 

Tiba-tiba ada rasa kikuk di hatiku dan aku tidak mau melanjutkan urut minta tanda tangan, sang penulis masih dikerubutin oleh para penggemarnya, novelnya kata Yuanita sangat romantis kesukaan ibu-ibu dan remaja putri, ttepai aku belum juga beranjak dari sekitar rak buku itu, Dion masih membolak-balik halaman buku yang banyak gambarnya.

“Bu Biru aku saja yang mintakan ya njenengan ikutin Dion saja cari bukunya”

Aku tergeragap dari lamunan dank u menjawab sekenanya

“Ok Yun aku satu pokoknya kalu bisa nanti minta nomor WA atau nomor Hpnya”aku menjawab sedikit meledeknya

“Awas lho bu kamu bisa saja nanti jatuh cinta padanya bila sudah membaca novelanya”

“Aku sudah pernah Yun, kamu yang belum kan? “ aku meledeknya  karena aku tahu Yuanita  sering jatuh cinta sama pria tetapi sering juga diputusin sama pria yang dicintainya, sesama wanita sering curahat!

 “Bu aku yang kedepan saja ya?”

Monggo “ kataku menyilahkan Yuanita, guru cantik yang sering berjilbab kuning menyenangkan bila sudah akrab dengan guru yang lain, supel dan menghormati senior inilah kelebihannya juga, menyenengkan !

Riuh di sebelah hall tidak membuatku larut akarena Dion masih senang mengikuti aku melangkah diruang itu

“mama kok tidak jadi kesana?”

“banyak yang antri Dion, ntar kamu capek”

“biar teman Ibu saja ya?, gantian aku  mama bagai mana?”

Aku tersenyum simpul tidak tahu urusan orang dewasa ini anak polosss banget!

“mama capek antri” kataku pada Dion

“Beli es krim saja mama di kantin itu”

Aku melihat ternayta toko ini juga menjual dibeberapa outletnya makanan rinngan dan es rim! Entah mengapa menggugah masa lalu juga!

“Nanti jangan banyak-banyak ya, kalau pilek bagaimana?”

“ya mama ayo kita beli” ajaknya, aku tidak bisa menolak ajakan jagoan kecilku ini dan kami membeli empat bungkus es krim dari  outlet yang ada di toko ini.

Tokony sudah bagus banget beda dulu kami masih bisa tanya tentang judul suatu buku  untuk membelinya pada penjaga toko tetapi sekarang kita tinggal cari sendiri di tokonya dan tanya di online shop di computer toko bila tidak tahu atau lupa judul dan pengarangnya, benar-benar maju!

“mama temanya sudah datang”

Aku melihatnya tersenyum simpul tanda dia sudah dapat tanda tangan dan no Hpnya

“ini buku untuk mama Dion ada tanda tangannya dan no hpnya juga”

“kamu Yun benar ini?”

“benarlah…aku juga selfi sama dia ini fotonya atau nanti aku share ke medsosmu ya bu?”

“apa ? ok juga “aku kaget juga sudah lama banget tidak  menghiudpkan medsosku ah kamu !lupa ya?”

“benar ini fotonya?”

“ya ini?’

“o ..oke juga” aku sudah tahu  itu kamu mas…

Sms di Hpku bordering dan kulihat nomor baru yang masuk dan aku baca perlahan

“bu mas Yanto sering mampir ya? ini lis tunangannya bu”

“ada apa?’

“masa Yanto benar sering mengantar Dinda kesekolahanya?”

“benar Lis? tidak apa-apa to?’

“oke juga bu” dia member gambar smile, plong rasa hati ini.

“siapa yang sms bu?”

“tunangan mas Yanto,”

“anak buah bapak dulu itu ya?”

“ya Yun”

“cemburu kali bu …hati-hati”

“Ah kamu Yun..”eh benar juga paling dia cemburu pada janda anak dua yang masih cantik ini?”

“Kamu memang cantikkk bangeet bu Biru…benar walau anaknya sudah dua masih sexy…dimata lelaki”

“Yun, bisa gede nieh kepalaku, ini es krimnya Dion yang beli ini, tuh di meja senangnya dia”

Mereka menghampiri Dion yang sedang melahap es krim dan mereka senang  juga

melihat anak ini,

“Ayo Dion kita pulang dulu sudah ya”

“mama ini baru senang es krimnya manis nieh”

Kami ketawa atas kepolosan anak ini dan aku mengajaknya pulang meninggalkan toko ini dengan sennag walau laulintas disekitar Kota Baru sangat ramai dan padat kami sempatkan  melewati Malioboro lurus kea rah selatan diperempatan  Kantor  Pos besar dan  diselatannya adalah Kraton Yogyakarta.

 

 BERSAMBUNG

Monggo : mempersilahkan

 

 

                                                       

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun