Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel 30

5 Maret 2016   20:43 Diperbarui: 5 Maret 2016   20:58 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="alsayidjapaint"][/caption]Cerita yang kemarin:http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-sebuah-novel-29_56d802aeb79373fb30999c

SORE  DI UJUNG MARET 2016

Sore yang indah di penghujung awal Maret ini hatiku agak bahagia juga, semua tentang persahabatan yang tidak mengenal kata tua muda dan anak-anak, biarlah angin sore ini menghembuskan sebaik hirupan  hidung yang mulai merasakan bahwa dinginya sore ini biasanya konsekwensinya adalah hujan yang akan deras sore dan malamnya

"benar nduk kamu harus tahu bila kit ikut" politik" sekcil apapun kita harus tahu apa bentuknya, kita dimusuhi dan kita juga banyak mempunyai sahabat terserah kita dalam  mencari dan menghindari teman  yang buruk buat kita" nasehat simbok setelah kami melaksanakan sholat maghrib bersama.

"Mbok,apakah kita harus menyerah dengan hati yang banyak bertanya dan tidak rela? tanyaku pada simbok

"itu namanya  tidak ikhlas, dalam pasarah ada keikhlasan yang dalam apapun yang akan terjadi di muka kelak, dalam pasrah kita tidak berarti kalah nduk "kata simbaok lagi mengingatkanku 

"tetapi mereka senang bila kita menyerah dan kalah  apapun mereka gembira mbok , ini yang aku anggap kita nanti kalah sebelum bertanding kelak" kataku mencoba menjelaskan simbok'

"tetapi keadaan sudah berubah, pendapa kita menajdi skasi betapa emreka menghalakan segala cara meraih lahan calon bandara itu, benar to? "tanya simbok padaku juga 

"benar tetapi apakah mereka bila dipihak kita ? apakah harus mengorabankan orang banyak? demi mega proyek ini? simbok diam aku diam, sore tadi seperti terlintas, senyum lik Legiman senym bu lik TUm dan senyum simbok adakah senyum ini akan ebrlanjut esok dan esok yang akan datang?

Bukan

Aku tidak akan membuat ramai masalah

tetapi keadilan 

yang bagaimana

harus 

kami perjuangkan

di tanah-tanah kami yang hijau ini

dan penuh pengharapan ini

 

alsayid ja,maret 2016

Aku hanya ingin senyum kepas warga kami yang terimbas calon bandara ini semakin mendekati nyata bukan senyum yangdipaksakan, manyun tetapi hargailah harga diri mereka dan ketulusan hati mereka dalam berkoraban dan pasrah pada keadaan, semua harapan dan kenyataan seakan silih berganti berputar dalam otak dan hti masyarakt kecil entah dengan otak dan hati pemimpin dan para investor mega proyek ini,akau tidak mau tahu

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun