Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pathok Bandara, Sebuah Novel 29

3 Maret 2016   16:23 Diperbarui: 3 Maret 2016   16:32 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="alsayidja"][/caption]

Cerita yang kemarin

3 Maret 2016

Walau mendung

Hati tetap merindukan

walau gelap

 

akan ada cahaya cerah kelak

dihatiku,kamu

dan kami tetap bertahan

 

dalam asa

pertolonganMU

...segala mara bahaya

 

alsayidja

 

Sore yang indah, mendung diatas kota batas ini menjadikanhatiku agak murung, ada sebuah alasan  untuk mengantuk walau hati ini akhirnya tahu tidak bisa ngantuk!  Mengapa ada apa jawabnya ada dalam relung dada yang paling dalam entah ataukah ini karena Kumal ribut yang membuat hati kembali bertanya-tanya lagi ataukah ini hanya hati yang bertanya, beban hati yang dalam membuatku sekan menjadi tidak bisa tidur siang tadi.

"benarkah  Kumal itumau pendekatanpadaku? dengan memberi HP kemarin ataukah ini hanya ucapan guyon terimakasih kawan pada sahabatnya yangterlanjur tidak mau  ada kompromi lagi dengannya, kepala serasa penuh dengan prasangka yang buruk, terbayang lik Legiman dan kumal dalam benak ini.

"bukan tanpa sebab bila anak manis ini melamun"kata simbok membuyarkan lamunan ini

"simbok ada pa? "tanyaku pura-pura tidak tahu, menghilangkan prasangka melamunku dihadapan simbok

"itu lek legiman sam mba tum pada memasukan gabah kamumalahan melamun" ledek simbok padaku

"ah..? benara lik  kesini mbo? "aku kaget sedemikian dekat lamunan ini dan benar adanya, tangan kokoh dan baju kaos yang idpakainya semakin membuat aku yakin benar dia memang seorang pekerja keras yang jujur apa adanya

"wah, wah inilah yang namanya bekerja keras dan  aku cuma jadi mandor ini" guyonku pad amereka

"ah mba guru, bisa saja," akta leik legiman yang tidak menoleh seberapa dikit hanya memasukan gabahnya pada karung itu aku diam sesaat.

"baiknya njenengan yo napeni gabah mba guru" akta lik Tum padaku 

"oh ya lik? mumpung panas sore ini  kan bsia cepat kering " kataku sekenanya

Mereka tertawa simbok, pak lik dan bu lik juga tertawa, nah kena lho Nur saatnya kamu tampil jangan  melamun saja, bisik hatiku tidak ikhlas membantu mereka, tahu aku begini, bersandiwara ikhlas .

"Apakah maret ini panen terakhir kita mba? tanya lik legiman biar agak hitam wow  bisa keren bila sudah mandi dan pakai baju bagus

"tidak lik, kita masih berjuang untuk supaya lahan bandara itu tidak mencaplok sawah  dan ladang pekarangan kita"jawabku diplomatis

"sampun, sudah masuk foto udara tampaknya desa kita mba" kata lik  legiman lagi, kamu baca koran ya elak hatiku

"ah itu kan hanya di koran lik, semua hanya direncanakan oelah yang diatas sana"sambil aku menunjuk keatas

mereka tertawa atas jawabanku ini dan  aku diam, benar sudah melek informasi jadi akau agak takut menerangkan lagi pada mereka.

"Tentang pendapa yang di rusak itu mba?"tanya Bu lik Tum,aku tergeragapp alasan apa lagi yang  aku ucapkan

"sudah ditangan polisi bulik " jawabku singkat

"memang terlalu, kebangeten mereka, tidak tahu siapa yang punya pendapa ini" geram bu lik Tum 

"ya mba nur to tum, tum " goda pak lik legiman pad abU lik tum, kami tertawa, diujung sore hari ke tiga dibulan ketiga tahun dua ribu enambelas ini.

Simbok datang membawa makanan kecil dan ceret yang penuh air, kami mencuci tangan dan makan disore yang indah ini walau mendung berarak diatas kota Batas menuju arah desa kami ini

 

B E R S A M B U N G...

gabah :padi yang  belum digiling sudah di pisahkan dari batangnya

sampun : sudah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun