[caption caption="alsayid.paint"][/caption]
Â
ini cerita yang kemarin
Disudut kantor sekolahan kami yang amulai sepi dari aktivvitas siswa kami di Kota Batas ini aku berdialog dengan bapak Guru PKN bapak Sayid yang tahu tentang hukum dan aku mencoba mencari ilmu padanya, tentang maslah yang menimpa pendapa kami yang  tiba-tiba diserang oleh segerombolan orang dan semua sudah jelas karena kami baru tahu itulah ulah para  pencari uang yang menghalakan segala caranya, sebuah koran yang memberitakan membuat kau harus  mencari ilmu tentang hukum  ini.
"sebaiknya kamu waspada Nur, "kata pak Guru Sayid, ya teman mengajar disekolahanku, guru PKN yang tahu tentang Pasal-pasal KUHP, aku tahu Mas Guru, aku juga tahu, bukan aku yang harus waspada trik dan intrik ini sudah masuk pada ranah saling menguntungkan antara pak Cakil yang pengusaha dan investor  itu dan BUMN Candi langit yang menghendaki kami semua hengkang dari desa kami tempat tanah tumpah darah dan kami lahir.
"waspada ekstra lipat, karena sekarnag banyak cara dan undang-undang agraria bisa meenmpatkan bila suatu tanah bisa dikuasai negar abila tanah itu sebaik-baiknya untuk kepentingan orang banyak akan di ambil negara tanpa secuilpun ganti rugi adalah benar adanya" Â kata Pak Guru Sayid membuatku sadar kemabali.
"pasrah sja pak"jawabku ringan, walau dada ini serasa gemuruh dan marah kami belum bergerak pak hatiku njola benarkah sedemikian parahnya negera ini sehingga hak-hak milik rakyat akan dikuasai negara demi mega proyek bandar ini
"kok diam Nur," aku kaget biasanya aku  baru tahu dia berkata begini serius sekalai, sehingga hanya suara angin yang kadang aku dengar bila bapaks atu ini ceramah tentang  hukum di depanku. Â
"semoga desa kamu bisa  terlindungi oleh hukum dan hak-haknya bisa di peroleh kelak" dia mencoba memberiku pengertian tentang hukum, karena kami terlanjur belum setuju pembangunan proyek mega bandara ini yang konon akan terintegrasi langsung antara kereta api, dan pelabuhan diselatan bandara ini
"bukan kami tidak tahu hukum pak, tetapi apakah hati nurani kami akan diijoli dengan beberapa rupiah ? tanyaku padanyaÂ
"wah, wow kalau begini aku tidak tahu pasalnya, pasal keuangan yang maha kuasa berbeda dengan pasal hati nurani" pak guru Sayid mencoba menghiburku, aku senyum kecil.
"beda pak maslahnya, kami dilihat dari luar yang menghambat, tetapi kamilah yang jadi korban kelak, sawah, ladang, rumah kami di korbankan, bukan rupiahnya pak sekali lagi bukan rupiahnya, hati kami yang tak kan terbeli" aku sedikit emosi menangapi guyonan bapak Sayid ini, dia diam tepat dihadapanku.
"yakin dan tetap berjuang aku akan suport  njenengan bu Nur" kata pak Guru ini dengan senyum khasnya  dihadapanku, akuberterima kasih sekali dengan sesama teman guru ini ya sama dengan teman yang lain memberi apresiasi yangdalam  terhadap kasus  pendapa rumah kami.
Â
Bukan mengapaÂ
Â
semua harap cemas
menangis
bukan solusi
Â
ataukah gembira
membuat hati  terpana
lugas..
Â
alsayidja2911016
Â
Semua kan berakhri indah ataukah harus meninggalkan desa kami dengan mimpi dan tangis yang tak akan bisa kembali lagi, bahkan kelak kami tidak bisa "membeli" lagi kebahagian, desa-desa kami yang dulu sunyi dan tenteram berubah ramai dan panas dengan perubahan yang membuat kami seakan ketinggalan kereta ini.
Membuat hati yang melihat hanya senyum menghujat, karena kami dianggapnya menghambat perjuangan  pembuatan mega proyek padahal kami hanya sebagai  salah satu  dari korban penderita demi pembangunan mega proyek ini.
Â
B E R S A M B U N G
Â
njola :kaget
diijoli: ditukar
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H