Pathok Bandara, Sebuah Novel 26

[caption caption="alsayidja.paint"][/caption]

 

cerita yang kemarin ini

Apakah kejadian ini membuatku menyerah jawabku tidak! walau kadang hati sedikit goreh dan tidak tenteram bila entah mengapa mengalami kejadian ini aku juga tidak habis pikir, bagaimanapun isyu calon bandara ini juga membuat kampung kami menjadi sedikit anget, panas demam.

Jangan kami di cap "membandel" tetapi keyakinan kami belumlah bisa di cairkan karena komunikasi anatara pejabat di desa kami dan pejabat  pusat yang mengurus  proyek mega ini adalah pusat kata aorang daerah, padahal aku tahu hanya perusahaan  pengusaha Cakil dan  candi pur  milik BUMNlah yang "memonopoli" semua yang ada ini.

Bagaimanapun inilah kehendak kami"mempertahankan yang ada" demi sebuah asa, dan menyilahkan bila ada yang akan"menyerah dan  sepakat", kami belumlah sepakat bulat, dlam penyerahan aset kami kepada calon mega proyek ini.

"nduk sebaiknya jaga diri, calo-calo sudah pada masuk desa kita" kata simbok padaku

"lalu mereka  akan membuat apa mbok? tanyaku pada simbok

"memperoleh tanah dan sawah dengan harga semurah mungkin dan dijual semahal mungkin" terang simbok padaku

Byar !!!! terang benerang sekarang  hati dan pikiranku aku jadi tahu

"jadi yang merekayasa pendapa kita bisa jadi anak buahnya pak cakil mbok? tanyaku

"husss ojo ..pikiran jelek nduk ...ora  durung, ben yo  pihak polisi sing nyekel mengko yang akan menangkap mereka" gemas simbok juga

 

aku diam, ada hubunganya  pengusaha cakil dengan para calo tanah ini?

apakah ini salah satu upaya  penghancuaran fakta desa kami?

apakah dan apakah, pikiranku kembali terbuka bahwa mereka menghalalkans egala cara!

 

***

 

Calo

 

mencari sekelebat  uang

mengorbankan

orang banyak

 

demi rupiah

yang kan kamu tanggukan

di kantong sakumu

 

entah

sore ini

mendung

 

tetap membuatku semangat

untuk

menegagakkan kebenaran

 

hati

hati

kami...

 

alsyaidja 2821016

 

bersambung....