Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel 20

16 Februari 2016   00:30 Diperbarui: 16 Februari 2016   00:39 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="HANYA SEBUAH PAINT DARI AL SAYID"][/caption]

cerita yang kemarin :http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-sebuah-novel-19_56c18b0ef47a61331e8d3af8

Entah malam ini aku hanya mengejar kantukku atu inikah harus kau tulis tentang gedung milik negera yang mempunyai meja oval dan merupakansebagai saksi bisu seberapa baohong, sebarapa nista dan seberapa jujur para pengambil kebijakan di Kabupaten Kulon Perkakas ini.

Kebenaran apa yang mau mereka perjuangkan seakan sebagai pembenar apalag partai pendukung juga menghendaki bahwa "proyek" adalah sebagai ladang  amal untuk pundi-pundi pembiayaan partai leima tahun yang akan datang ada benarnya.

Ruangan bila bisa berbicara akan lantang berbicara lugas tentang kenyataan di negeri ini, ya kabupaten KUlon Perkakas ini yangemmbuat hati ketar-ketir rakyatnya, karena harus "berkorban demi sebuah bandara internasional" mereka komitmen padataukar tambah, tukar guling dan ganti untung bukan gati rugi adalah kenyataan dari upaya mereka untuk merayaru rakyat yang kelak akan terpinggirkan dan akan kering akhirya setuju dalam kematian senja mereka nanti.

"memang akan ada pertemuan besar nanti lik Wanto? tanya mas Muh pada temanya sesama pekerja honorer pembersih ruang yang besar dan bermeja oval ini

"kelihatannya akan ada pertemuan  besar antara bapak Bupati, wakil bupati dan sekda serta diantaranya ada tamu dari investor dari luar negeri dan pengusaha cakil serta BUMN" jelas lik Wanto pada mas Muh 

"ah  hiWya benar itu, yok kita bersihakan ruang ini lagi" kata mas Muh pada lik Wanto dan mereka membersihkan dan mengepel lantai gedung  dengan  meja ovel ini, mereka senang walau akhirnya hanya hasil yang mereka harus dihargai tanpa melihat siapa yang mengerjakannya.

Mobil pejabat

ketiak rakyat perutnya di ikat

terus dililit

sampai kecil

 

raung sirine

dan mobil mewah kamu pakai

dankaca hitamnya

 

menutupi segala raut wajahmu

dari senyum 

dibaliknya

Waktu akan bicara tentang  semua ini, apakah benar pengusaha cakil yang akan membuat bandar itu sudah klop dengan BUMN  langit candi ataukah ini masalah lain, penolakan calaon bandara?

Langit yang kemarin hitam dan mendung seakan menyambut dengan gerimis di siang ini 16 februari 2016, apakah akan ada pertanda lagi, bukankah alam sudah memberi peringatan bahwa seakan kita tidak bsia pura-pura lagi menanti tanda lam ini.

akankah berpihak pada rakyat atau pengusaha dan BUMN, hanya keputusan bapak bupati dan bapak gubernurlah yang akan menjadikan mega proyek ini akan berjalan lancar..

bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun