Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pathok Bandara, Sebuah Novel (16)

9 Februari 2016   21:29 Diperbarui: 9 Februari 2016   21:33 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"aduhpak maaf pak saya tdiak bisa menernagkan, tetapi benar kena dampak langsung pembuatan bandar abaru itu pak"jawabku pelan mencoba menahan pertanyaan bapak

"tetapi bagus to tanggapan mereka? koran pagi ini nampaknya keliru memberitakannya kok banyak yangmenolak begitu.."jelas bapakpadaku, aku diam dan semakin  bapak pengen tahu akhirnya aku emndengarnya lagi  berkata padaku

"sudah lama dikabupaten Kali Perkakas ini merindukan perubahan, dari bupati yang tua menjadi bupati yang muda dan Bandara  ini seperti proyek Pelabuahan dan tambang pasir emas nampaknya bisa memicu pertumbuhandi Kabupaten Kali Perkakas ini kelak" terang bapak kepala sekolah padaku, aku diam cuma membaca koran  bagiku titik aku cuma mendengar suara bapak ini kian merdu ditelingaku.

"maaf pak , bukan masalah proyek besar, tetapi ini adalah hak dan hati yang tidak bisa dibeli  pak" jawabku sedikit mengagetkan bapak 

'jadi koran ini?"maaf bu tadi idealnya saja kan? media juga ternyata bisa salah mengidentifikasi maslah yang sebenarnya ya bu Nur? tanya bapak padaku 

'benar pak desa kami  terdampak langsung dan kami yang mengalaminya langsung pak"jawabku singkat dan padat

"ah begitulah kenyataan dan idealisme pemimpinkita beda jauh ya bu Nur " bapak kepala sekolah nampakny sadar dan a ku menambhkannya

"benar proyek besar tidak bisa membeli hati nurani yang kebacut dibohongi mereka pengusaha BUMN dan penguasa pak"jawabku singkat, ruang kepala sekolah  mendadak sunyi dan senyap hanya ocehan murid dikelas sebelah yang membuat kami tahu  dan sadar ini masih disekolahan.

Bapak menyudahi pembicaran ini dan aku semakin mantap bahwa hanya hati nuranilah yang tidak bisa dibeli maka hati nurani dan kepasrahan adalah hal yang sama dan tidak bisa dirubah oleh para petualang mega proyek ini, apakah bapak sudah dikasih pesan terselubung oleh seseorang  aku tidak peduli, lihat kenyataan saja!

 

Marah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun