Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel (15)

8 Februari 2016   15:37 Diperbarui: 8 Februari 2016   16:31 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"nggih mba saya juga mu ikutan nandur  biaar dapat ,," kata lik tum memohon pada simbokku

"yo  tidak pa pa kok "kataku dan simbok menggangguk tanda setuju

Kami makan pagi di ruang tengah pendapa ini entah kami akan selalu makan pagi ini lagi ataukah inikah bisa jadi makan pagi terakhir kami sebelum raksasa mega proyek itu menelan mentah-mentah desa dan lahan persawahan kami.

Aku masuk kamar mengambil helm dan aku mengambilnya dekat lemari disudut kamarku ada bel berbunyi di HPku dan aku llihat ini pasti sms dari si kumal ribut itu, pikirku, aku lihat sepintas dan agaknya sedikit benar

"ada apa sayang sudh masuk kerja?"sms yang selalu begitu setiap pagi, aku hapus saja biar aku tidak mikir dan bete dibuatnya

"siapa yang ngebel tanya simbok padaku

"teman mbo"jawabku singkat,sambil aku menyalami simbok pergi ke sekolahan tempat aku mengajar, ya di kota kabupaten Kulon Perkakas ini dan ibu kota Batas nampak sedang bersolek bagai gadis muda yangpenuh solek dan impian kumbang-kumbang yang mengerubutinya kelak

apakah harus rakyat dikorbankan?

besambung...

**

uritan:bakal tanamanpadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun