Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pathok Bandara, Sebuah Novel (15)

8 Februari 2016   15:37 Diperbarui: 8 Februari 2016   16:31 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi ini aku tulis lagi di HP ku dan aku tahu maksudku untuk melepaskan penat  hati dan nurani ini yang semakin tertindih oleh "batu besar" mega proyek bandara yang sudah mulai entah kenapa mengorbankan hati dan kepercayan  rakyat kecil,  wong cilik yangselalu mendukung ide apapun dari pemerintahan tak kecuali ide-ide besar yang pada mangkrak akhirnya rakyat selalu mendukungnya walau akhirnya rakyat juga yang kaan jadi korbannya dan bahkan dikambing hitamkan oleh pelaksana-pelaksana di pucuk-pucuknya yang jelas-jelas merugikan rakyat yang rela berkorban demi kepentingan kami juga.

Hujan Januari dan awal februari ini tidak menyurutkan petani untuk menanam padi dan hingga awal februari ini masih ada titik-titik hujan yang diharapkan untuk menanam padi penghasilan pokok rakyat dan sedulur didesa ini

"mba kayaknya uritan padinya sudah siap dtanam" kata lik Man padaku pagi tadi sewaktu aku mau berangkat  untuk mengajar

"ya monggo lik, simbok nanti suruh  mempersiapakan untuk yang menanam bibit padi ini,..terangku padanya aku menghargai perjauangmu  lik-lik sebenarnya kita dulu itu berteman entah mengapa  setelah tamat SMA dulu kamuikut bapak mburuh di sawahku, jangan malu, hatiku melas tetapi apa daya dia sudah lama membantu keluarga kami sejak sekolahdasar bersama bapak ibunya dan kami anggap sebagi sedulur dan simbok juga suka pekerjaannya yang selalu bagus dan cepat selesainya, waktu bapak masih sugeng bapak selalu berpesan bantulah kami walaupun kami juga orang tidak kaya tetapi saling bantu dan gotong royong adalah semangat kami

"tapi mba, "dia mengagetkan lamuananku dimeja makan pagi ini,simbok sudah datang didekatku dan mulai akan makan  pagi ini

"makan dulu man "kata simbok pada lik man

"ya , nggih bu di duduk dan dekat sebelah simbok kurang dua kursi dariku 

"mari , endhi mbo tum  mou ? tanya simbok padaku

"Lagi njerang teh di pawon, mbo "kataku dan tampak bu lik Tum datang dan membawa sebaki beberap gelas diatasnya dan dibagi kami berempat kami makan pagi dimeja tua warisan simbah kami

"ya itu man kamu harus tahu berapa orang yang mau buruh nandur nanti  biar denok yang menyiapakan uborampenya " kata simbok padaku

"beres lik man aku sudah ambil ATM kemarin" celetukku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun