cerita yang kemarin:
Hujan bulan ini mengingatkan akau pad aayahku di pendapa duduk sehabis ashar selalu akmi bercanda ceria akau dan ayah selalu saling mengingatkan tentang arti hidup ini
“nduk kamu walau wanita jangan mudah menyerah apapun yang terjadi kamu yang membela simbok dan sedulur-sedulur disini” kata bapak kepadaku. Aku hanya diam kala itu akubelum tahu mengapa aku harus membela simbok dan mebela sedulur semua di kiri kanan rumah kami.
Merekalah yang member arti hiudup padaku yang dianggapnya ku rewel dan anak manja juga nakal adlah celoteh mereka karena kau anak semata wayang dari bapak yang agaknya disegani oelah kiri kanan rumahkami, sebab kakek buyut kamilah yang menurut sedulur adalah salah satu cikal bakal dari desa ini maka penghormatan yang layak sampai pada ku.
Aku sebenarnyamalukarena belum bisa berbuat banyak didesaku ini, ibaratnya hanya pulang kuliah langsung tidur dulu sekarang juga pulangkerja langsung tidur juga, tetapi entahmaengapa kau harus benar-bear melek untuk melihat keadaan sekeliling mengapa emreka resah ada yang mebekas di hatiku apalagi melihat lik legiman yang selalu menaykan padaku tenatng keresahanya lewat sms membuat kau yakin aku berpihak pada yang benar adalah kenyataan yang tidak bisa aku tolak.
“pak lik tetap menolak mas guru, kata pak lik padaku, apalagi yang bisa aku andalkan kelak? aku hanya bisa menjadi buruh saja” keluhnya lewat sms “sabar mas, aku juga baru berusaha untuk memilih dan memilah suasana desa kita ini, “jawabku lewat sms “benar “balasnya lewat sms juga
Dalam gelisah yang dalam aku mengetikan kata di HPku :
Menolak