Simbok benar mengajarkan aku pasrah pada keadaan, bukan pasrah yang menyerah untuk kalah demi segepok uang dan ludes dikemudian hari, nampaknya panitia pembangunan Bandara baru ini jug aintesnif melakukannya dor to dor walau kadang kalah cepat dengan pengusaha Cakil yang masuk dengan mengiming-imingi dengan uang banyak dalam koper-koper mereka.
Apakah bila bapak tahu ini tidak dilawan, ataukah kepasrahan simbok hanya sebagai senjata, banyak alternative untuk membela sedulur kiri kanan yang seakan pasrah pada bongkokan, menyerah sebelum bertanding, aku tidak bisa, hatiku tetap berkata harus di pertahankan, lha wong tanah warisan dan tanah kelahiran ibarat ya tanah tumpah darah. sedumuk batuk senyari bumi.
Â
Resah
Â
tak bisa kutahan dalam hati
untuk menulisnya
dalam kertas
Â
dalam lingkar puisi
membela