Aku tidak tahu apakah tukang kayu itu yang disalahkan, gara-gara catutnya, tetapi apakah anggota DPR itu merangkap tukang kayu mengapa perlu catut, inilah yang membuatku heran, merangkap jabatan dan inilah yang diributkan di negeri Republik doyong mangulon, maka sang presiden petruk emmanggil ajudanya, mas bagong
"namaku di catut gong"
"Kenapa mas presiden?"
"ya dianggo golek duwet.."
"itu malah kebenaran mas presiden, namanya laku"
"tidak begitu, saya ya ngrasakae yen golek duwet angel( sulit cari uang)"
"benar keadaan begini"
"tetapi tetap kerja ya benar kan"Â
"jadi tukang catut juga kerja mas presiden"
"tidak usah di panjangin.."
"mengapa?"
"anggota DPR nyambi wes lumrah kebutuhan kok gong"
"ya benar...( mereka tertawa)
seingatku waktu sma dulu banyak tukang catutt di sebelah rumahku( tukang kayu) tetapi ada juga yang nyatut beneran lho, tukang catut karcis parkir, tukang catut, bioskop dan tukang catut...(*memperoleh keuuntungan sesaat untuk keuntungan pribadi)
"calo itu" kata mas gareng pada bagong
"tetapi itu benar mas gareng, mas presiden bisa bete nanti kalu benar lho..."
"aku ora ngerti politik" kata gareng
" yo benar , neng yo kui, nek catut-mencatut yo kebangetan.."
mereka diam
Â
pakah ini dampak lobby-loby yang belum "ada anggarannya" sehingga banyak pejabat yang menaruh kepercayaan pada sang lobyie saya juga tidak tahu, tetapi kemana sih anggota DPR kita waktu rakyat susah, susah segalanya
kok tidak bisa loby pemerintahpusat untuk memudahkan"hajat hidup ornag banyak ini"
Saya juga sebenarnya "setuju" bila tukang catut di perbanyak
alasanya"biar loby pemerintahan bisa sukser"Â
asal tidak mengatasnamakan sang presiden
inilah republik doyong mangulon, semua bisa dan semua bisa diatur, dan bisa dicatut ,
Â
ora lucu..............catut wae....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI